TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk memodifikasi awan di atas Jakarta amat mengandalkan keterampilan pilot-pilot TNI Angkatan Udara. Modifikasi cuaca ini dibutuhkan agar hujan deras tidak terjadi di atas Ibu Kota, melainkan sudah diturunkan di laut sebelah barat Jakarta.
"Ini pencegahan banjir dari udara," ujar Kepala BNPB Syamsul Maarif, Sabtu, 26 Januari 2013. Untuk memodifikasi cuaca, BNPB berencana membawa bubuk semai sejenis garam dengan pesawat. Pada ketinggian 10-12 ribu meter, pesawat akan menembus awan pekat dan menaburkan garam di sana untuk mempercepat proses hujan.
"Ini usaha yang berisiko tinggi," ujar Syamsul. Dia memastikan kemahiran pilot pun haruslah teruji sebab turbulensi di dalam awan pekat akan dahsyat. "Kalau sudah begitu, ayat Al-Quran dibaca semua," ujar Syamsuk.
Untuk itulah, BNPB dan BPPT menggandeng TNI Angkatan Udara dalam proyek berjangka waktu dua bulan ini. TNI AU dianggap bisa menjadi bagian penting dalam kesuksesan program ini karena memiliki sumber daya dan infrastruktur yang mumpuni.
Tak main-main, TNI menurunkan tujuh ribu personil, satu buah pesawat jenis Hercules dan tiga pesawat jenis Cassa untuk menyukseskan program modifikasi cuaca ini.
Keempat pesawat akan berangkat sekali sehari dari dua bandara, Halim Perdana Kusuma dan Pondok Cabe. Satu pesawat jenis Hercules mampu membawa 5 ton bubuk garam. Sementara masing-masing pesawat Cassa, sanggup membawa beban 1 ton.
"Ini cukup untuk mengurangi curah hujan 15-30 persen di wilayah Jadebotabek," ujar peneliti BPPT Tri Handoko Seto saat mempresentasikan proyek ini. Pesawat-pesawat ini akan lepas landas menjelang siang hari.
"Awan yang tumbuh dari barat laut menuju Jakarta, harus segera dijadikan hujan pukul 11 siang," ujarnya. Ia mengatakan, sebelum sampai daratan Pulau Jawa, hujan tersebut akan terlebih dahulu dikembalikan ke laut.
M ANDI PERDANA