TEMPO.CO, Bandung - Pakar perubahan iklim Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga anggota Dewan Nasional Perubahan Iklim, Armi Susandi, melontarkan gagasan pembuatan polder atau waduk bawah tanah, untuk mengatasi banjir Jakarta.
"Ini bisa jadi semacam bank air bawah tanah yang dibangun dekat aliran sungai," katanya, Sabtu 26 Januari 2013. Lokasi waduk bawah tanah bisa dibangun di bawah perumahan warga biasa sehingga bisa dilakukan tanpa penggusuran.
Armi mengusulkan polder yang berfungsi sebagai bank air itu dibangun di 50 titik di Jakarta. Lokasinya di bawah bantaran sungai dan berada di tengah wilayah DKI Jakarta. Dia mencontohkan polder warisan zaman penjajahan Belanda itu, yang sampai sekarang masih ada dua di Jakarta. "Salah satunya di Kampung Melayu yang masih dirawat dan berfungsi sampai sekarang," ujarnya.
Menurut Armi, bank air yang terbuat dari beton itu bisa menyimpan sampai 4.000 meter kubik air. Polder itu dibangun 10-20 meter di bawah tanah. "Saat sungai surut, pintu air polder itu tinggal dibuka," kata Armi. katanya. Polder seperti itu dinilai bisa mengatasi kawasan rawan banjir di Jakarta, seperti daerah Jalan Soedirman, Kampung Melayu, Pasar Rumput, dan Manggarai.
Armi hanya minta pembuatan polder tambahan berbentuk kubus beton setebal 2-3 meter tidak dibangun di bawah gedung tinggi. Jika sudah selesai, Armi yakin polder ini bisa jadi penahan amblesan tanah Jakarta karena penyedotan air tanah.
Biaya pembuatan polder seukuran itu, kata Armi, kurang dari Rp 1 miliar per buah. Usul membuat polder ini pertama kali muncur dari Gubernur Jakata Sutiyoso.
ANWAR SISWADI