TEMPO.CO, Bandung -Calon gubernur Jawa Barat diusulkan bisa berbahasa Sunda. Hal itu untuk mengukur sejauh mana rasa cintanya terhadap tanah Sunda. "Mari kita bikin acara debat calon gubernur dengan menggunakan bahasa Sunda,” ucap Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran (Unpad) Reiza D. Dienaputra dalam acara “Kursus Dasar Kebudayaan Sunda”, di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Rabu, 30 Januari 2013.
Menurut Reiza, melalui debat berbahasa Sunda, kita ingin tunjukkan bahwa orang Sunda mampu membuat progam-program yang bagus untuk pembangunan. Siapapun pemenang Pilkada 24 Februari mendatang, dia harus bisa melaksanakan program yang sudah dibuatnya secara amanah untuk kepentingan rakyatnya.
Selama ini, kata Reiza, orang Sunda seringkali diklaim lembek dan tidak punya keberanian. Padahal, berdasarkan sejarahnya, kiprah orang Sunda dalam bidang politik cukup besar. “Etnis Sunda memiliki pengalaman panjang dalam panggung politik,” ujarnya.
Pergerakan orang Sunda di politik terlihat melalui kiprahnya, misalnya dalam membentuk Dokuritu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Kuntana Magnar, dosen Fakultas Hukum Unpad menambahkan, sekarang saatnya orang Sunda harus berani di luar kandang dan bertanding secara sehat di berbagai panggung politik dengan saudara-saudaranya dari berbagai etnis lain. "Orang Sunda harus meningkatkan keberanian di panggung politik," katanya dalam bahasa Sunda.
Kelemahan komunitas Sunda menurut Kuntana, tidak adanya wadah politik yang kuat bagi orang Sunda, Seperti halnya partai politik yang menonjolkan kesundaannya.
SELLY ASTARI OCTAVIANI