TEMPO.CO, Jakarta - Hampir tiga tahun sudah Hasri Ainun Habibie Besari tiada. Namun, Bacharuddin Jusuf Habibie tak pernah sehari pun melewatkan waktunya untuk tidak mengenang Ainun. Rumahnya di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, masih bernuansa Ainun.
Di dua ruang tamu, foto-foto Ainun bersama Habibie dan anak-anak tampak menghiasi dinding-dinding di ruang tamu itu. Habibie memang tak akan pernah melepaskan Ainun, wanita yang sudah hidup bersama selama 48 tahun 10 hari (12 Mei 1962-22 Mei 2010).
Setelah kepergian Ainun pada 22 Mei 2010, setiap kali tidur, Habibie selalu ditemani syal berwarna putih dan mukena yang terakhir dipakai Ainun. “Syal dan mukena itu selalu ada di bawah bantal saya,” kata Habibie kepada Tempo di kediamannya di Patra Kuningan, Jakarta Selatan. “Saya tidak pernah mencucinya.”
Habibie juga setiap Jumat masih mengunjungi makam istrinya yang disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ia juga masih menangis manakala berbicara dan terkenang akan Ainun.
Bagi Habibie, Ainun adalah belahan jiwanya. “Saya ada untuk Ainun dan Ainun untuk saya,” begitu kata Habibie selalu. “Di mana ada saya, di situ pastilah ada Ainun. Atau sebaliknya.”
Kini, Habibie hanya bisa berdoa dan menulis jika kerinduannya sudah memuncak kepada Ainun. Ini salah satu doa yang tulis Habibie seperti puisi untuk Ainun:
Untuk Ainun Habibie
Tepat jam sepuluh pagi lima puluh tahun yang lalu
Dengan ucapan Bismilaahirrrahmaanirrahiim saya melangkah
Bertemu yang dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun
Alunan budaya Jawa bernafaskan Islam, menjadikan kita suami isteri
Melalui pasang surut kehidupan, penuh dengan kenangan manis
Membangun Keluarga Sejahtera, Damai, dan Tenteram, Keluarga Sakinah
Tepat jam sepuluh pagi lima puluh tahun kemudian di Taman Makam Pahlawan
Setelah membacakan Tahlil bersama mereka yang menyayangimu
Saya panjatkan Do’a untukmu, selalu dalam lindunganNYA dan bimbinganNYA
Bersyukur pada Allah SWT yang telah melindungi dan mengilhami kita
Mengatasi tantangan badai kehidupan berlayar ke akhirat dalam dimensi apa saja
Sekarang sudah 50 tahun berlalu, selalu menyatu dan tetap menyatu sampai akhirat.
Habibie
Doa dan puisi ini dibacakan Habibie di sela-sela wawancara. Habibie membacakannya dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca. Kemudian, ia pun mengambil sapu tangannya dan membersihkan hidung dan sudut matanya.
Siapa pun yang ikut mendengarkan saat Habibie membacakan puisi-puisi cinta dan kerinduannya untuk Ainun, akan ikut merinding dan menangis.
GRACE S GANDHI
Berita Pilihan:
Hari Ini, Jokowi 'Ngebut' Bagikan Bantuan
Skandal Contek Massal 'Tampar' Universitas Harvard
Banyak Wanita, Habibie Hanya Memilih Ainun Seorang
Habibie Sempat Kritik Adegan Film Habibie & Ainun
Alasan Habibie Menulis Buku Habibie & Ainun
Kronologi Penggerebekan BNN di Rumah Raffi Ahmad