TEMPO.CO, Yogyakarta - Permaisuri Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, tertarik mengoleksi lukisan karya difabel Sabar Subadri. GKR Hemas tertarik mengoleksi lukisan berjudul "Pohon Kehidupan". Lukisan berukuran 80 x 80 sentimeter itu menjadi satu dari 26 karya perupa Sabar Subadri, yang dipamerkan di Jogja Gallery bertajuk "Natura Esoterika", 1-10 Februari 2013.
GKR Hemas betah melihat lukisan "Pohon Kehidupan". Ia kesengsem dengan lukisan itu karena, menurut dia, menggunakan teknik yang luar biasa. "Saya tidak ahli lukisan dan hanya membaca lukisan apa yang tertuang di sana. Tekniknya luar biasa," katanya seusai membuka pameran, Jumat lalu.
Menurut dia, "Pohon Kehidupan" seolah menggambarkan bagaimana seseorang menapaki perjalanan hidup. Apa pun bisa diupayakan dalam hidup. "Di lukisan "Pohon Kehidupan", ada bayangan antara ada dan tidak ada. Simbol hidup manusia," katanya.
Hemas belum memastikan apakah akan membeli lukisan itu. "Nanti lihat dulu. Saya akan kembali lagi karena ini kan masih dipamerkan," katanya.
Ia mengapresiasi karya Sabar karena lukisan yang dibuat lebih detail. Sabar, menurut dia, banyak menggambarkan perjalanan hidupnya dan orang terdekat dalam karya-karyanya. "Hasratnya berkarya sangat besar. Luar biasa karena ada karya yang menggambarkan neneknya," kata dia.
Sabar Subadri mengatakan, GKR Hemas tertarik dengan karya yang dibuat pada 2012 itu. Namun, hingga kini, Hemas belum membelinya. Lukisan itu dibanderol seharga Rp 20 juta. "Belum dibeli. Lukisan-lukisan saya kan dipamerkan sampai tanggal 10 Februari," katanya.
Lukisan "Pohon Kehidupan" menggambarkan sebuah pohon banyan atau beringin yang tumbuh besar dan berumur panjang. Tidak hanya berumur panjang, banyan juga mampu menaungi tanaman lain. "Saya tertarik melukis banyan karena pohon itu mampu menaungi benalu," kata Sabar.
Selain "Pohon Kehidupan", GKR Hemas, kata dia, juga tertarik melihat lukisan berjudul "Bertamu Hidup". Lukisan itu menggambarkan tujuh buah telur di atas jerami. Satu telur dilukiskan menetas dengan anak ayam di dalamnya. "Telur adalah simbol awal kehadiran makhluk hidup. Istilah saya kulonuwun dalam pameran ini," katanya.
SHINTA MAHARANI