TEMPO.CO, Makassar-Sejak divonis menderita diabetes lima tahun lalu, Nurjannah, 48 tahun, harus berdiet ketat. Ia harus memilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung gula untuk dikonsumsi. Itu sebabnya, berat badan ibu rumah tangga ini turun.
Sebelum mengetahui bahwa ia mengidap diabetes, Nurjannah mendapati kadar gula darahnya tidak stabil dan cenderung naik. Tak jarang penglihatannya menjadi kurang jelas, terkadang juga kakinya terluka dan susah sembuh.
Diabetes melitus adalah penyakit dengan ciri-ciri: kadar gula darah tinggi akibat adanya gangguan hormon insulin dalam tubuh, yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Gangguan hormon insulin ini membuat tubuh tidak bisa mengendalikan kadar gula dalam darah, sehingga menjadi berlebih dan meracuni tubuh.
Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan darah menjadi lebih kental. Akibatnya, fungsi peredaran darah terganggu. Menurut Dokter Makbul Aman, hal ini bisa menyebabkan transportasi nutrisi dan oksigen ke jaringan tubuh menjadi lebih sulit, terutama ke bagian tubuh yang terletak pada ujung-ujung pembuluh darah. Sehingga pengidap penyakit ini mudah mengalami kesemutan, sementara kulit menjadi kering, mudah pecah, dan gampang terluka.
“Luka yang dialami penderita diabetes akan sulit sembuh karena oksigen dan zat penyembuh lainnya sulit mencapai luka,” kata Makbul dalam talk show kesehatan bertema “Diabetes Melitus dan Stroke Sebagai Penyebab Utama Kecacatan di Indonesia”, yang diadakan oleh PT Fortuner Star Global,
di Makassar, Rabu lalu.
Baca Juga:
Menurut dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo ini, orang yang mengidap diabetes bisa mengalami cacat dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Tak hanya itu, diabetes juga bisa memicu munculnya penyakit lain, seperti jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.
Sering kali, pengidap diabetes harus menerima kenyataan bahwa salah satu anggota tubuhnya diamputasi akibat luka yang diderita, misalnya pada kaki. Menurut dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik, Nilla Mayasari, pasien yang kakinya harus diamputasi dapat menggunakan kaki palsu untuk mendukung aktivitasnya. “Tapi pemasangan tidak dilakukan secara langsung, perlu dilakukan pemeriksaan berlanjut untuk mengetahui kondisinya terlebih dulu,” ujarnya.
Makbul menjelaskan bahwa penyakit ini memiliki tiga gejala yang dikenal dengan 3P, yakni polidipsi (banyak minum), polifagi (banyak makan), dan poliuri (banyak kencing).
Namun, dalam banyak kasus, berat badan pengidap diabetes turun dalam waktu singkat akibat hilangnya jaringan lemak dan otot, sehingga sering dikatakan pasien penyakit ini memakan tubuhnya sendiri. Pengidap juga mengalami asthenia (perasaan lemah) karena badan kehilangan air dan elektrolit lewat urine. Gatal-gatal dan gangguan penglihatan juga merupakan gejala diabetes.
Penyebab seseorang terkena diabetes adalah ketidakseimbangan antara konsumsi makanan dan energi yang keluar karena kurang bergerak. Apalagi, pola hidup masyarakat sudah mulai berubah. Ada kecenderungan mengkonsumsi makanan dengan kadar kalori berlebihan, seperti makanan cepat saji, sulit dihindari.
Tapi diabetes bisa dicegah dengan mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung kalori serta memperbanyak olahraga. Singkatnya, pola hidup instan harus diubah dan pola hidup alami harus kembali dijalani.
Selain pola hidup, kata Makbul, penyakit ini dapat dipicu faktor genetik. Namun hal itu masih bisa dicegah dengan membiasakan pola hidup sehat dan mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi. “Jadi ketika si bapak menderita diabetes, anaknya tidak harus mengalami sakit yang sama,” ujarnya.
Seseorang yang mengalami obesitas juga rentan terkena diabetes. Karena itu, Makbul menyarankan diet bagi mereka yang mengalami obesitas untuk menghindari diabetes melitus dan mencapai berat badan ideal. Diet dilakukan dengan mengatur pola makanan serta memperbanyak konsumsi sayuran, buah, dan air putih.
Menurut hasil penelitian pada 2011, sekitar 7,5 persen penduduk Makassar yang berusia di atas 20 tahun menderita diabetes. Para penderita diabetes melitus disarankan selalu mengontrol kadar gula darahnya agar tidak naik dengan cara mengatur pola makan dan meminum obat secara teratur.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Andi Naisyah Tun Nurainah Azikin mengatakan, saat ini, terjadi perubahan pola penyakit dari infeksi menjadi penyakit degeneratif.
Perubahan ini terjadi akibat pola hidup warga perkotaan yang tidak sehat. “Mereka senang mengkonsumsi makanan cepat saji, lalu malas bergerak,” katanya.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI