TEMPO.CO, Jakarta - Awal Maret tahun lalu, Supriyati, 44 tahun, bagai mendapat keajaiban. Hanya tujuh hari berobat ke TCM Harapan Baru cabang Serpong, tubuhnya yang semula terkapar akibat serangan kanker ovarium tiba-tiba terasa bugar. Ia bisa kembali masak hingga naik sepeda motor berbelanja ke pasar. "Tetangga terkagum-kagum," kenangnya saat dikunjungi Tempo di rumahnya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Desember lalu.
Namun keajaiban itu tidak berlangsung lama. Setelah lewat tujuh hari itu, kondisi kesehatannya perlahan kembali turun. Meski tetap rutin berobat ke TCM Harapan Baru, kondisi Supriyati tidak kunjung membaik. Tubuhnya makin kurus, namun perut membengkak dan terasa nyeri. Akhirnya, Kartono, suami Supriyati, membawanya berobat ke Rumah Sakit Dharmais, Jakarta.
Alangkah terkejutnya mereka melihat hasil diagnosis yang menyatakan bahwa kanker ganas telah kembali tumbuh di perut Supriyati, sehingga ia mesti menjalani operasi. Padahal, Desember 2011 lalu, ia telah menjalani operasi pengambilan kanker di perutnya. Kala itu, dokter menganjurkannya untuk menjalani kemoterapi. Namun ia lebih memilih berobat ke TCM Harapan Baru. "TCM itu menjanjikan pengobatan tanpa kemo dan operasi. Apalagi, saat pertama berobat ke sana, tubuh saya terasa bugar," katanya.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Rasiman Sinulingga, penderita kanker ginjal. Warga Medan itu meninggal dalam usia 54 tahun, tepat pada perayaan Idul Fitri dua tahun lalu. Sebelumnya, ia menjalani pengobatan di TCM Harapan Baru cabang Medan. Risma Tobing, istri Rasiman, menuturkan, ketika pertama kali berobat, suaminya menjalani paket pengobatan dengan cara diinfus selama 10 hari. "Pulangnya langsung segar," kata Risma.
Namun kondisi itu juga tidak bertahan lama. Seusai menjalani paket terapi pertama, kesehatan Rasiman makin memburuk. Ia merasa nyeri, sesak, hingga akhirnya meninggal dunia. Risma merasa tertipu. "Bukan kematian yang disesalkan, melainkan prosesnya yang menyakitkan," katanya.
Baik Supriyati maupun keluarga Rasiman mengaku tidak pernah tahu obat apa yang diberikan TCM Harapan Baru. "Mereka merahasiakannya. Pada resep dan kuitansi pembayaran obat hanya tertulis kode-kode angka dan huruf. Ketika saya tanya, dokter dan perawat tidak bersedia memberi tahu," ujar Kartono menunjukkan kertas bukti pembayaran obat.
Selama dua bulan Tempo menelusuri apa yang terjadi di TCM Harapan Baru. Dari seorang mantan karyawan Harapan Baru, Tempo mendapat satu paket obat-obatan untuk infus. Ternyata, dari 14 jenis obat, dua di antaranya adalah Cisplatin dan Carboplatin. Keduanya adalah obat terapi kemo.
Selain itu, terdapat obat steroid bernama Cinobufotalin. Obat sejenis kardiotonik atau tonik jantung itu terbuat dari ekstrak kulit katak beracun. Memiliki efek 200 kali lebih kuat dibanding morfin. "Mungkin obat ini yang menyebabkan pasien merasa bugar saat pertama kali berobat," ujar ahli kanker dari Rumah Sakit Dharmais, Ramadhan.
"Memang dalam pengobatan kanker, semisal untuk kemo, disyaratkan pasien sefit mungkin. Tapi bukan dengan cara diberi obat steroid," katanya.
Direktur Utama TCM Harapan Baru Utami, Rahmawati, membantah bahwa pihaknya telah menggunakan obat-obatan tersebut. "Kami tidak pernah memberikan obat-obat seperti itu pada pasien," katanya, Sabtu, 26 Januari 2013.
TIM TEMPO