TEMPO.CO, Tokyo - Pemerintah Jepang kemarin memanggil utusan China sebagai protes atas apa yang ia sebut sebagai serangan ke teritorial perairannya, setelah kapalnya berlayar di dekat kepulauan yang disengketakan kedua negara.
"Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar China karena kapal yang memasuki perairan dekat Pulau Senkaku," kata seorang pejabat Jepang. China mengklaim kepulauan itu merupakan teritorinya, dengan nama Diaoyu.
Pemanggilan Duta Besar China Cheng Yonghua ini dilakukan setelah kapal Cina masuk ke perairan dekat kepulauan itu, Senin lalu. Dua kapal pengintaian perairan Jepang tiba di area itu sebelum 9:30 am, kata penjaga pantai Jepang. Kapal China itu berada di perairan itu sekitar 14 jam.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa masuknya kapal China itu "benar-benar tak bisa diterima." Kata Yoshihide, pemanggilan Duta Besar Cheng Yonghua ke Kementerian Luar Negeri Jepang untuk mendengarkan protes keras Jepang atas peristiwa itu.
Selain insiden Senin lalu, Jepang juga mempersoalkan tindakan kapal China yang mengunci senjatanya dengan menargetkan radar kapal Jepang. Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan, insiden itu terjadi 30 Januari lalu di dekat kepulauan yang disengketakan.
Onodera menambahkan, helikopter militer Jepang juga pernah menjadi target penguncian serupa beberapa hari sebelumnya. "Itu akan menciptakan situasi yang sangat berbahaya jika salah satu pihak salah langkah" kata dia.
Kapal China diketahui berulangkali berada di perairan itu. Pesawat China juga dilaporkan juga diketahui berkali-kali memasuki udara di sekitar kepulauan yang disengketakan tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, kedua negara juga mengirimkan pesawat militer ke daerah di dekat kepulauan tersebut, yang setidaknya ada satu kesempatan di mana pesawat dua negara saling membayangi, meskipun tak sampai ada bentrokan.
Sejumlah analis mengatakan bahwa sejumlah perang pernyataan antara dua negara dan seringnya terjadi konfrontasi di daerah itu meningkatkan risiko terjadinya konflik bersenjata.
Channel News Asia | BBC | Abdul Manan