TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko, menyatakan upaya melakukan rekayasa cuaca atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menabur bahan kimia sejenis garam sudah dilakukan maksimal untuk mencegah banjir di Jakarta. "Rekayasa cuaca tidak menghilangkan hujan, tapi mengurangi,” kata Tri saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Februari 2013. (Baca: Hujan 2 Jam, Jakarta Terendam. Mengapa?)
Dia menjelaskan, Rabu kemarin, 6 Februari 2013, sebanyak 11 ton garam ditabur dengan empat sorti penerbangan yang menggunakan pesawat Hercules dan Casa. “Kemarin, konsentrasi hujan ada di Jabodetabek bagian utara, yakni Jakarta, dan bagian selatan, yakni Bogor. Hujan tidak terlalu besar,” katanya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, sependapat dengan Tri. Menurut dia, rekayasa cuaca hanya mengurangi curah hujan hingga 30 persen. Misalnya, curah hujan yang jatuh mestinya 100 milimeter, maka dengan TMC, curah hujan bisa 70 milimeter. (Baca: Cegah Banjir Jakarta, 60 Ton Garam Sudah Ditabur)
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mulyono Prabowo, menyatakan curah hujan di Kemayoran 25 milimeter dan meningkat menjadi 36 milimeter pada malam hari, Kelapa Gading curah hujan capai 54 milimeter, TMII 20 milimeter, dan Pulomas dengan curah hujan mencapai 27 milimeter. “Banjir terjadi karena ada ketidaksiapan permukaan dan drainase. Jadi, volume drainase tidak sebesar volume air yang turun,” ujarnya. (Baca:Banjir Jakarta Akibat Curah Hujan Tinggi)
AFRILIA SURYANIS
Berita Lainnya:
BPPT: 7 Ton Garam Ditabur Cegah Hujan di Jakarta
Cegah Banjir Jakarta, 60 Ton Garam Sudah Ditabur
Jokowi: Banjir Jakarta Dipicu Drainase Bermasalah
Hujan 2 Jam, Jakarta Terendam. Mengapa?