TEMPO.CO, Jakarta–Pengamat tata kota dari Universitas Trisaksi, Nirwono Yoga, menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo lebih mengoptimalkan jalur kereta api Tanjung Priok yang terbengkalai ketimbang membangun dua dari enam ruas jalan tol dalam kota.
Alasannya, biaya pembangunan rel kereta lebih murah ketimbang biaya jalan tol. "Barang yang dibawa lebih banyak dan lebih murah dalam sekali muat dibanding kontainer," kata Nirwono Rabu 6 Februari 2013.
Selain itu, kata dia, jalan tol belum mampu mengurai kemacetan lalu lintas. "Justru sebaliknya (tambah macet), karena dengan penambahan ruas baru semakin banyak titik persimpangan kendaraan," ujar Nirwono.
"Selama belum berpisah antara jalur khusus barang dan jalur kendaraan umum, kemacetan tetap tak terelakkan," ujarnya. Sedangkan lajur kereta saat ini hanya tinggal melakukan penataan dan menambah gerbong kereta. "Dengan kereta, apalagi kalau double track, justru lebih cepat, dan ramah lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi dan Ahok—sapaan Basuki Tjahaja Purnama—akan memprioritaskan dua dari enam ruas jalan tol dalam kota, yakni Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan koridor Sunter-Pulogebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun.
Alasannya, untuk mempermudah transportasi logistik dari luar kota dan dalam kota ke Pelabuhan New Tanjung Priok. Arus lalu lintas logistik diperkirakan akan membanjiri Jakarta jika tidak ada akses langsung menuju pelabuhan itu. “Kalau tidak ada ruas tol ini, bisa dibayangkan truk-truk besar yang mengarah ke Sumatera, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah bakal masuk tengah kota," ucap Ahok.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menyetujui prioritas yang diberikan bagi dua ruas jalan tol itu. Namun, dia menegaskan, rencana awal masih berlaku, yakni enam ruas jalan tol baru akan dibangun untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta. “Rencananya, sisanya (empat ruas tol lain) akan menyusul setelah pembangunan dua ruas tol ini,” kata Hermanto.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, menilai pembangunan dua ruas jalan tol untuk kepentingan Tanjung Priok tidaklah tepat. "Jalan tol dalam kota tidak berkorelasi dengan distribusi barang," kata Azas. Alasannya, kedua ruas tol tersebut tidak berakhir di Pelabuhan Tanjung Priok.
Azas menilai selama ini barang yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok akan didistribusikan ke luar Jakarta, sehingga yang diperlukan justru mengebut pembangunan tol lingkar luar. “Jika membangun tol dalam kota dan digunakan untuk distribusi barang, kendaraan besar akan masuk dan menambah kemacetan,” tuturnya. Simak perkembangan ruas jalan tol Jakarta di sini.
JAYADI SUPRIADIN | SYAILENDRA | ALI ANWAR
Baca juga:
Hari Ini Ada Demo Buruh, Hindari Bundaran HI
Bahan Narkoba Kasus Raffi Jenis Ini Lebih Mahal
Raffi Ahmad Siap Hadapi Persidangan
Jokowi Dekati Warga Bantaran Ciliwung