TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perindustrian Alex S.W. Retraubun mengatakan, hilirisasi industri harus berfokus pada sektor serta komoditas yang menjadi andalan Indonesia. "Hilirisasi industri kita jelas harus berfokus pada industri agro, kemudian migas, dan bahan tambang mineral," katanya saat rapat kerja Kementerian Perindustrian di Hotel Bidakara, Selasa, 12 Februari 2013.
Untuk industri agro, Alex mengatakan, program hilirisasi harus fokus pada komoditas-komoditas yang menjadi sumber kekuatan Indonesia. "Hilirisasi tetap harus jalan, tapi fokus pada komoditas yang kita kuasai. Pertama tentu CPO, kemudian karet," katanya. Langkah ini harus dilakukan karena tujuan hilirisasi adalah meningkatkan nilai tambah industri tersebut. Indonesia bukan hanya menjadi pedagang bahan baku. "Nilai tambahnya harus kita dapatkan secara optimal," katanya.
Tapi, Alex mengingatkan, dalam hilirisasi terdapat beberapa tantangan yang menghambat Indonesia. Salah satunya hambatan teknologi. Menurut Alex, dalam hilirisasi dibutuhkan teknologi yang cukup tinggi, sementara perkembangan teknologi Indonesia masih terbatas. "Ini juga salah satu penyebab hilir kita bergerak perlahan. Apakah kompetensi kota ke arah hilir dalam bidang iptek sudah siap," katanya.
Selain itu, pendanaan masih menjadi hambatan pengembangan hilirisasi. Menurut Alex, investasi yang dibutuhkan untuk program hilirisasi semakin besar, tapi kemampuan Indonesia di bidang keuangan juga terbatas. "Jadi dalam hilirisasi harus kita petakan dan identifikasi, mana yang siap dan tidak siap," katanya.
Hilirisasi industri berbasis agro, migas, dan bahan tambang mineral memang menjadi program prioritas utama Kementerian Perindustrian pada 2013. Kementerian menekankan bahwa nilai tambah industri dalam negeri harus dicapai dengan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, penguasaan pasar domestik maupun ekspor, serta perluasan tenaga kerja.
Tahun ini, industri pengolahan non-migas ditargetkan tumbuh 7,14 persen sementara ekspor diharapkan mencapai US$ 125 miliar. Investasi penanaman modal asing ditargetkan mencapai US$ 12 miliar, sementara penanaman modal dalam negeri diharapkan bisa mencapai Rp 42 triliun.
ANANDA TERESIA