TEMPO.CO, Makassar - Fathir Muhammad, 1 tahun, buah hati pasangan Fikar, 23 tahun, dan Nur Hikmah, 24 tahun, tergolek lemah di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Rabu, 13 Februari.
Korban masih kritis setelah terkena peluru nyasar pada bagian kepala belakang. "Masih koma, belum sadarkan diri," kata Fikar, Rabu, 13 Februari saat ditemui Tempo di kediamannya, Jalan Baji Gau Raya Nomor 3 F, Kecamatan Mamajang, yang juga merupakan lokasi kejadian.
Diceritakan Fakir, saat kejadian, anak bungsunya tengah bermain dengan kakaknya, Putra, 2 tahun, dan Fadel, 4 tahun, di depan televisi di rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara letusan keras. Awalnya, ibu korban mengira itu suara lampu pecah. Namun, keluarga kaget melihat Fatir sudah bersimbah darah.
"Tidak ada yang menyangka itu peluru. Tak ada aktivitas mencurigakan di luar. Daerah sini aman," ucapnya. Keluarga baru tahu Fatir terkena peluru saat tim medis dari Rumah Sakit Haji memperlihatkan hasil rontgen. Setelah itu, korban pun langsung dirujuk ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
Dari pantauan Tempo, peluru menembus seng dan plafon rumah Fakir. Di sekitar rumah korban, terdapat banyak rumah tinggi. Rumah korban saat ini masih dalam tahap renovasi. Fakir menuturkan, sejauh ini pihaknya sudah mengeluarkan uang hampir Rp 10 juta untuk pengobatan, di luar operasi. "Kalau operasi diminta Rp 16,1 juta," katanya.
Operasi sempat dilakukan pada 2 Februari, tetapi gagal mendapati proyektil. Selanjutnya hingga kini operasi pengangkatan proyektil urung dilakukan mengingat kondisi Fatir yang belum sadar. "Saya sangat mengharapkan operasi bisa segera dilakukan. Saya ingin melihat kondisi Fatir membaik dan bisa kembali bermain," kata pria yang bekerja serabutan itu.
Juru bicara Polsekta Mamajang, Ajun Inspektur Satu Sesman, mengatakan bahwa hingga kini proyektil peluru masih bersarang di kepala Fatir. "Belum bisa diuji laboratorium forensik karena pelurunya belum diangkat. Tunggu kondisi korban membaik," kata dia. Oleh karena itu, hingga kini belum bisa disimpulkan, apakah proyektil peluru berasal dari senjata organik atau senjata rakitan.
Direktur Medik dan Keperawatan RS Wahidin Sudirohusodo, Dr Khalid mengatakan, kroban hingga kini masih dirawat di ICU. Dokter sempat melakukan operasi pertama sehari setelah korban dirawat, namun kadar trombositnya menurun. "(Kondisinya) gawat jadi tidak diteruskan (operasi)," katanya.
Kemarin, Selasa, 12 Februari, operasi kembali hendak dilakukan, setelah melihat kondisi Fatir membaik. Namun, jelang operasi, kondisinya kembali drop. Adapun proyektil peluru mengenai tulang kepala bagian belakang. "Menunggu membaik," katanya.
TRI YARI KURNIAWAN
Berita Populer lainnya:
Ulah Ibas Isi Absensi Coreng Citra DPR
Jokowi Ambil Alih Penanganan Rusun Marunda
Hatta Ke Pasar Klender, Pedagang Malah Cari Jokowi
Ini Analogi Dedi Mizwar Soal Kasus PKS
KPK Bentuk Tim Investigasi Usut 'Sprindik' Anas
Petugas Mulai Bersihkan Tanah Longsor Cipularan