TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, mengatakan, peningkatan hubungan perdagangan ke Nigeria dapat menjadi jalan untuk masuk ke negara lain. Alasannya, dengan memproduksi barang di Nigeria, Indonesia bisa mendapat preferensi dari negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat.
"Kalau bisa meningkatkan ekspor ke Nigeria, tentu mudah untuk masuk ke negara lain dari sana," kata Gusmardi saat ditemui di kantor Menteri Perekonomian pada Rabu, 13 Februari 2013.
Hambatan untuk usaha itu adalah pajak impor di sana masih tinggi. "Rata-rata sampai 30 persen," ujarnya. Belum lagi, menurut Gusmardi, perizinan-perizinan yang bisa menghambat masuknya barang. "Jadi akan kami jalin PTA (preferred trade agreement) dengan Nigeria segera," ujarnya.
Preferred trade agreement ini, kata Gusmardi, saat ini masih dibahas. "Masih perumusan, belum ada pembicaraan, tapi sudah jelas disambut baik oleh pemerintah Nigeria," ujarnya. Dalam pertemuan dengan Nigeria sebelumnya, Kementerian Perdagangan telah menargetkan volume perdagangan ke Nigeria bakal mencapai US$ 5 miliar. "Saat ini baru US$ 2,2 miliar."
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Chatib Basri mengatakan, pasar di Nigeria memiliki potensi seperti di Indonesia. Dengan demikian, pihaknya ingin mendorong investor Indonesia untuk berinvestasi di sana. "Nigeria itu punya fasilitas untuk masuk ke pasar negara-negara seperti Amerika Serikat dengan pajak yang lebih murah," ujarnya.
Menurut dia, produk-produk Indonesia selama ini bisa dijual di Nigeria. "Misalnya itu Indomie bisa doing well di sana, selain itu juga produk farmasi seperti Hexa dan juga garmen," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Berita Bisnis Terpopuler:
BPJT: PP Bolehkan Motor Masuk Tol
Bumi Gandeng Iwan Piliang Lacak Pembobolan Email
Kapal Pesiar Mulai Merapat ke Pelabuhan Benoa
Peminang Calon Bandara Baru Yogyakarta Belum Jelas
Harga Daging Sapi di Banten Tembus Rp 100 Ribu