TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Aryanto Sagala, mengatakan produktivitas buruh yang rendah memang berpengaruh terhadap penurunan daya saing industri Indonesia. "Memang berpengaruh tapi hanya sedikit, kondisi infrastruktur lebih dominan," katanya pada Tempo di Jakarta, Rabu, 13 Februari 2013.
Menurut dia, kondisi infrastruktur Indonesia seringkali menghambat kegiatan industri dan akhirnya menurunkan daya saing. "Kondisi infrastruktur misalnya jalan itu sangat menghambat. Untuk delivery saja bisa menjadi berapa hari, ini sungguh signifikan," katanya.
Aryanto mengatakan produktivitas rendah juga dipengaruhi perkembangan teknologi dalam memproduksi barang. Ia mencontohkan buruh di Cina bisa memproduksi produk tekstil 5 potong sementara Indonesia hanya mampu memproduksi 3 potong. "Tapi kan harus dilihat dulu teknologi yang digunakan seperti apa," katanya.
Selain infrastruktur, Aryanto menyebut masalah perizinan, bea cukai, dan tarif sebagai penyebab dari menurunnya daya saing. Menurut dia, faktor-faktor ini lebih berpengaruh pada penurunan daya saing Indonesia dibandingkan produktivitas buruh.
Sebelumnya Kementerian Perindustrian mengatakan peringkat daya saing industri Indonesia pada periode 2012-2013 turun dibandingkan periode sebelumnya. Sebelumnya Indonesia mencapai peringkat 46 dan sekarang menjadi peringkat 50 dari 144 negara yang diukur oleh World Economic Forum.
Daya saing Indonesia masih berada di bawah Singapura yang mencapai peringkat 2, Malaysia, yang nertengger di peringkat 25, Brunei Darusalam yang berada di peringkat 28, dan Thailand yang menduduki peringkat 38.
ANANDA TERESIA