TEMPO.CO, Bandung - Warga Kampung Babakan Bandung, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Jawa Barat, punya sebutan khusus untuk Hilmi Aminuddin. Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera itu dikenal sebagai Pak Haji PKS. Ia dikenal ramah oleh warga dan suka keluyuran sambil naik turun bukit.
Menurut Ketua RT 03 RW 10 kampung tersebut, Ading Dedi, Hilmi membeli lahan kosong seluas 2 hektare di tanah kampung itu dari Haji Zamhur pada 2006. Pembangunan huniannya dimulai 2008, lalu ditempati Hilmi dan istrinya, Nining. "Kalau anak-anaknya saya kurang tahu berapa orang, tapi katanya ada," kata Dedi. Saat melapor secara lisan ke Ketua RT pada 2008, Hilmi tak menyertakan salinan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga.
Dari hunian, tempat itu kemudian berkembang menjadi penginapan bernama Padepokan Madani. Pagar tembok tinggi dibangun mengelilingi penginapan. Namun begitu, Hilmi dikenal ramah dan suka membantu. "Pernah ngasih seekor sapi pas Idul Qurban untuk lingkungan Rukun Warga," katanya.
Saat baru pindah, Hilmi suka keluyuran ke kampung hingga naik turun bukit yang lerengnya dipakai perkebunan sayur. Penampilannya bersahaja dengan bersandal kulit, bercelana panjang, dan kadang memakai sarung. Ia pun kenal dekat dengan perangkat desa atau kelurahan serta kecamatan.
Saat Lebaran 2010, Hilmi dan keluarganya membuat acara open house. Warga dari 3 RT diundang ke rumah Hilmi untuk bersilaturahmi dan dijamu makan dan minum sekenyangnya. Di ruang tertutup seperti aula itu, jamuan hidangannya khas makanan lebaran seperti ketupat, daging, dan sayuran berkuah santan. Tamu warga yang datang bersama keluarga, menempati meja-meja yang dialasi taplak putih. "Selesai acara, tidak ada salam tempel, sebelumnya waktu Pemilu juga tidak pernah," kata Dedi.
Setelah itu, Hilmi tidak pernah lagi terlihat keluyuran keluar rumah. Padepokan itu juga belakangan memakai petugas keamanan. "Buat orang desa artinya ada dua, kalau tidak ramai, ya di tempat itu banyak harta," kata seorang warga kepada Tempo, Jumat, 15 Februari 2013.
Penginapan Hilmi, ujar Dedi, dulunya ramai. Selain turis lokal, pengunjungnya banyak rombongan turis asing, seperti dari Arab Saudi dan Turki. "Tahunya karena mereka suka berjalan-jalan di kampung ini," ujarnya. Sejak Hilmi tak terlihat lagi di kampung itu pada 2010, turis-turis asing yang biasa datang memakai bus makin berkurang.
ANWAR SISWADI