TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Irwantoro, mengatakan harga daging ideal saat ini ada di kisaran Rp 75-85 ribu per kilo daging. Kisaran tersebut dianggap ideal karena dianggap telah memberikan keuntungan yang cukup baik kepada peternak, tetapi tetap terjangkau oleh masyarakat.
"Jadi, itu harga normal daging," kata Syukur di sela Rapat Koordinasi Teknis Nasional 1 Tahun 2013 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Hotel Sahid Raya, Yogyakarta, 15 Februari 2013. Ia mengatakan, jika harga daging di bawah Rp 75 ribu, maka peternak di daerah tidak mendapatkan keuntungan yang cukup untuk melanjutkan usaha. Sedangkan jika dijual di atas Rp 85 ribu, maka konsumsi protein masyarakat akan beralih dari daging ke sumber protein hewani lainnya, semisal ikan atau ayam.
Opsi menurunkan harga daging di peternak, kata dia, hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Ia menjelaskan, harga sapi di peternak saat ini berkisar pada Rp 31-33 ribu per kilo gram sapi hidup. Sedangkan biaya perawatan dan pakan sapi sudah lebih dari Rp 20 ribu per kilogram sapi hidup. Sehingga jika harga sapi di peternak diturunkan, keuntungan sapi tidak lagi bagus dan petani bisa tidak bergairah untuk berternak.
Kemungkinan menurunkan harga daging, kata Syukur, bisa dilakukan pada tingkat veteriner, yaitu pihak yang mengumpulan sapi dari peternak sebelum dijual ke rumah potong. Sekarang ini, kata Syukur, sapi hidup yang dijual peternak ke veteriner berkisar Rp 30 ribu per kilogram sapi hidup. Namun oleh veteriner, sapi tersebut dijual hingga Rp 35 ribu ke rumah potong hewan.
"Keuntungan yang diambil veteriner ini terlalu tinggi," kata dia. Ia mengimbau agar veteriner menurunkan harga daging sehingga harga daging ke tingkat konsumen juga ikut turun.
Sebelumnya, harga daging sapi di beberapa daerah dilaporkan naik drastis dan belum turun. Misalnya di Subang, Jawa Barat, harga daging sapi di tingkat konsumen sudah menembus Rp 100 ribu per kilogram daging.
RAFIKA AULIA