TEMPO.CO, Washington - Operasi militer rahasia Amerika Serikat menggunakan Drone untuk memburu al-Qaeda dan sekutunya telah mengubah sifat perang modern. Drones, pesawat tanpa awak yang digunakan untuk tugas pengintaian dan membunuh sasaran, memungkinkan AS melaksanakan misi sulit tanpa membahayakan personel militernya.
Para pembela penggunaan Drone melihat penggunaan pesawat yang dikontrol dari jarak jauh itu merupakan alat efektif untuk memerangi para ekstremis di sejumlah negara, termasuk Al-Qaeda--organisasi yang dituding sebagai pelaku serangan 11 September 2001 di bumi Amerika. Para penentangnya mengkhawatirkan jatuhnya korban sipil, selain longgarnya pengawasan terhadap operasi ini.
AS memiliki banyak jenis Drone dan MQ-9 Reaper adalah salah satunya. Drone ini dapat mengangkut empat rudal Hellfire dan fungsi utamanya adalah memburu dan membunuh musuh, selain mengumpulkan informasi intelijen. Sampai tahun 2004, fungsi utama Drone di Pakistan adalah untuk pengintaian. Tapi, tahun itu juga pesawat yang dioperasikan CIA itu menembakkan rudal pertamanya ke arah orang-orang yang disebut teroris di Waziristan, daerah barat laut Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan.
Sejak 2004 sampai 2012, menurut New America Foundation, AS telah melakukan 349 serangan menggunakan Drone di Pakistan, dengan jumlah korban tewas antara 1.953 dan 3.279 orang--18 sampai 23 orang di antaranya bukan militan. AS melancarkan 61 serangan Drone dan serbuan udara ke Yaman, dengan korban tewas antara 646 sampai 928 orang. Sebanyak 623 sampai 860 korban adalah militan, tapi yayasan itu menambahkan, hanya sekitar 2 persen yang "merupakan target tingkat tinggi."
Pemerintahan Barack Obama membela penggunaan Drone ini dan menampik soal banyaknya warga sipil yang jadi korban. John Brennan, penasihat utama Kontra-terorisme Obama mengatakan, "sangat langka" ada warga sipil yang dilukai, atau lebih buruk lagi sampai tewas, dalam serangan Drone. Brennan menghadapi banyak pertanyaan soal penggunaan Drone ini saat mengikuti dengar pendapat dengan Senat untuk konfirmasi pencalonannya sebagai Direktur CIA, 7 Februari lalu.
Mantan Komandan Pasukan AS di Afganistan, Jenderal Stanley McChrystal, dalam wawancara terbaru mengatakan, Drone itu merupakan senjata yang berguna. Tapi ia menambahkan, pesawat itu pula yang memancing kebencian mendalam kepada AS di banyak negara dan berkontribusi besar atas lahirnya persepsi soal arogansi Amerika.
Time.com | New York Time | Abdul Manan