TEMPO.CO, Surabaya - Chief Executive Officer (CEO) Persebaya Surabaya 1927 Gede Widiade mengatakan pihaknya mencari stadion murah sebagai tempat pertandingan kandang bagi timnya selama kompetisi Liga Primer Indonesia, karena Gelora Bung Tomo yang dipakai selama ini tarif sewanya dirasakan kelewat mahal.
"Kami sedang krisis keuangan, jadi harus ngirit. Bila memungkinkan untuk memakai stadion yang sewannya lebih murah mengapa tidak," ujar Gede Selasa, 18 Februari 2013.
Dengan dana yang cekak, Gede berupaya mengefisienkan pengeluaran, termasuk sewa stadion dan mengurangi jumlah tenaga keamanan. Hal itu terpaksa dia tempuh karena uang pribadinya sebesar Rp 9 miliar yang dipakai menalangi kebutuhan Persebaya 1927 belum diganti oleh konsorsium Liga Prima Indonesia Sportindo selaku operator kompetisi Liga Primer Indonesia.
Padahal, kata Gede, jika dana tersebut dikembalikan akan dia pakai untuk biaya kebutuhan klub selanjutnya. Gede mengaku telah menagih uangnya itu ke konsorsium. "Namun bapak-bapak yang ada di sana sudah angkat tangan," kata pengusaha asal Surabaya yang berbisnis di Jakarta ini.
Meski uangnya masih nyantol, Gede, yang sebelumnya telah menyatakan diri keluar dari Persebaya 1927, akhirnya bersedia kembali ke klub yang bermarkas di Jalan Karanggayam itu karena konsorsium bersedia membantu pendanaan tim. "Konsorsium bersedia bantu, tapi dananya minim. Sehingga saya harus mengefisienkan pengeluaran bila ingin cukup sampai akhir kompetisi," kata Gede.
Komisaris PT Persebaya Indonesia Saleh Ismail Mukadar mengakui bahwa konsorsium belum dapat mengembalikan uang Gede. Oleh sebab itu, Saleh bersedia membantu menagih ke konsorsium. "Yang penting Persebaya bisa ikut kompetisi," kata Saleh.
KUKUH S WIBOWO