TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) membukukan laba bersih Rp 1,2 triliun sepanjang 2012, tumbuh 81 persen dibanding tahun sebelumnya. Presiden Direktur BII, Khairussaleh Ramli, menyatakan peningkatan laba ini didorong oleh peningkatan kinerja bank tersebut di semua segmen.
"Kami siap untuk pertumbuhan profitabilitas selanjutnya dengan tetap fokus pada upaya menumbuhkan segmen bisnis inti kami," kata Khairussaleh dalam paparan kinerja di kantor BII, Selasa, 19 Februari 2013.
Sepanjang 2012, BII mencatat kredit tumbuh 20 persen menjadi Rp 80,9 triliun pada Desember 2012 dari Rp 67,2 triliun pada Desember 2011. Kredit usaha kecil menengah mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 41 persen menjadi Rp 23,1 triliun dari Rp 16,4 triliun. Adapun kredit korporasi tumbuh 24 persen menjadi Rp 21,6 triliun, komersial tumbuh 1 persen menjadi Rp 8 triliun, dan konsumer tumbuh 11 persen menjadi Rp 27,8 triliun.
Margin bunga bersih (net interest margin) tercatat naik dari 5,22 persen menjadi 5,73 persen. "Disiplin dalam pricing jadi faktor pendukung peningkatan income," katanya.
Dari segi pendapatan bunga, BII membukukan kenaikan 33 persen menjadi Rp 5,3 triliun pada Desember 2012 dari Rp 4 triliun pada Desember 2011 yang disebabkan pertumbuhan kredit dan perbaikan pada kualitas aset. Khairussaleh mencatat, kualitas aset membaik, yang tercermin dari rasio kredit bermasalah yang berada di level 1,70 persen. Hingga 31 Desember 2012, aset BII tercatat naik 22 persen menjadi Rp 115,8 triliun.
Pendapatan bunga ini mampu menutup pendapatan berbasis biaya (fee based income) yang turun tipis dari Rp 2,3 triliun menjadi Rp 2,2 triliun. Penurunan diklaim terjadi karena volume pembiayaan kendaraan roda dua.
Tahun lalu, dana pihak ketiga BII juga membukukan peningkatan, yakni tumbuh 22 persen menjadi Rp 85,9 triliun pada 31 Desember 2012 dari Rp 70,3 triliun pada 31 Desember 2011. Tabungan tumbuh 7 persen menjadi Rp 18,8 triliun, Giro tumbuh 19 persen menjadi Rp 14,7 triliun, dan deposito berjangka tumbuh 30 persen menjadi 52,5 triliun.
Rasio kredit terhadap simpanan nasabah (loan to deposit ratio/LDR) membaik, yakni konsolidasi 95,07 persen menjadi 92,97 persen dan tanpa anak usaha 87,34 persen. Adapun LDR konsolidasi dengan memperhitungkan obligasi, pinjaman jangka panjang, dan simpanan nasabah tercatat sebesar 79,91 persen.
Tahun lalu, BII menerbitkan obligasi senilai Rp 2 triliun dan subdebt senilai 1 triliun. "Penerbitan ini telah memberikan kami likuiditas yang cukup dan modal tambahan untuk mendukung rencana pertumbuhan," kata Khairussaleha.
Dia menambahkan, rasio kecukupan modal tercatat aman di level 12,83 persen, di atas ketentuan minimal BI, yakni 8 persen.
MARTHA THERTINA
Terpopuler:
Produk Nestle Terancam Ditarik di Indonesia
Marahi Wartawan, Dahlan Tegur Dirut PT Kereta Api
Presiden Kirim Nama Calon Gubernur BI
Dahlan Mengharuskan Pertamina Akuisisi Rekin
Kontrak Habis, Blok Mahakam Bisa Sumbang Rp 81 T
Surat Bersama Dua Menteri untuk Kisruh Daging
Nestle Temukan Daging Kuda di Produk Makanan
Menteri Jero Larang Pertamina Naikkan Harga Elpiji