Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Virus Mematikan Mirip SARS Telan 6 Korban

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Penumpang pesawat mengenakan masker saat tiba di Bandara Internasional Shanghai,(12/06). WHO, kemarin memutuskan meningkatkan status flu babi menjadi pandemi karena virus itu sudah mengancam secara global. Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Penumpang pesawat mengenakan masker saat tiba di Bandara Internasional Shanghai,(12/06). WHO, kemarin memutuskan meningkatkan status flu babi menjadi pandemi karena virus itu sudah mengancam secara global. Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Iklan

TEMPO.CO, London - Sebuah virus mematikan yang berawal dari Timur Tengah pada tahun lalu, pada Selasa, 19 Februari 2013 telah memakan korban keenam. Virus ini diketahui telah beradaptasi untuk menginfeksi manusia tapi masih bisa ditanggulangi dengan pengobatan yang meningkatkan sistem imunitas.

Virus yang masuk golongan Novel Coronavirus (NCov) berasal dari keluarga yang sama dengan virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Saat ini tercatat ada 12 kasus yang dilaporkan dengan korban meninggal keenam kemarin di London.

Ketika diketahui pertama kali menyerang manusia, NCov disebut bisa sampai paru-paru dan menyerang sistem imun semudah virus flu. "Tapi perkembangan terakhir menunjukkan bahwa virus ini bisa tumbuh dengan efisein di sel tubuh dan cepat menginfeksi manusia," kata Peneliti dari Institut Imunobiologi dari Rumah Sakit Kantonal, Swis pada Selasa, 19 Februari 2013.

NCov pertama kali diidentifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada September 2012.
Saat itu seorang pria Qatar yang berada di Inggris terjangkit virus ini usai pulang dalam kunjungan ke Arab Saudi. Di Inggris sendiri, tercatat ada empat kasus penyakit NCov. Tapi yang meninggal kemarin, dilaporkan tidak mengunjungi kawasan Timur Tengah. Diduga korban tersebut tertular dari saudaranya.

Yang masih belum jelas hingga saat ini adalah prevalensi virus. Sebab diduga orang yang terjangkit lebih dari 12 karena gejalanya ringan, sehingga kadang terabaikan. "Kami tidak tahu apakah kasus yang muncul hanyalah puncak gunung es," ujar Thiel. Sebab kemungkinan banyak orang yang terjangkit tanpa sadar. "Kami tidak punya cukup kasus untuk memberi gambaran bagaimana varietas gejala yang ada," kata pria yang bekerja sama dengan peneliti gabungan dari Belanda, Swiss, Jerman dan Denmark.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Thiel menguraikan, bahwa meski awalnya virus diduga dari hewan ke manusia, tapi penelitian terakhir menunjukkan bahwa adaptasi di tubuh manusia sangat cepat. Kajian yang dipublikasikan dalam jurnal online mBio, juga menemukan bahwa NCov rentan terhadap pengobatan yang mengandung interferon atau perawatan yang bisa meningkatkan sistem imun. Temuan ini memungkinkan metode perawatan skala besar jika terjadi wabah.

EXAMINER|REUTERS|DIANING SARI

Berita terpopuler lainnya:
Di Museum Ini Pengunjung Boleh Tak Berbusana
Yusril: Andrea Hirata Dipojokkan

Gerindra Mau Rangkul Jokowi, Asal...

KPK Yakin Tuntaskan Kasus Anas

Sekali Lagi, Ini Pembelaan Anas Soal Harrier

Tak Lirik Jokowi, Demokrat Kantongi Nama Capres

Warga Tak Izinkan Bekas Kapolres Dibawa ke Jakarta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada Disease X, Lebih Berbahaya dari Covid-19?

25 Januari 2024

Waspada Disease X, Lebih Berbahaya dari Covid-19?

Para pakar di WHO menyebut Disease X berpotensi menjadi pandemi baru. Tingkat fatalitasnya diklaim lebih mematikan dibanding Covid-19.


20 Tahun Temuan Virus SARS di Guangzhou Cina: Jejak Penyebaran dan Sindrom Mirip Covid

17 November 2022

Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus. twitter.com
20 Tahun Temuan Virus SARS di Guangzhou Cina: Jejak Penyebaran dan Sindrom Mirip Covid

Penyakit virus SARS pertama kali muncul di Cina Selatan pada November 2002 dan menyebar ke lebih dari 24 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara.


IDI Sebut Pasien Covid-19 Pernah Kena Badai Sitokin Bisa Alami Gangguan Ginjal

7 November 2022

Kata
IDI Sebut Pasien Covid-19 Pernah Kena Badai Sitokin Bisa Alami Gangguan Ginjal

Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan menyatakan Covid-19 badai sitokin bisa sebabkan gangguan sejumlah organ tubuh, termasuk gangguan ginjal.


Tak Ada Ruginya Teruskan Kebiasaan Cuci Tangan dan Pakai Masker

21 Juni 2022

Warga mencuci tangan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu , 27 Juli 2021. Presiden Joko Widodo memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Pulau Jawa dan Bali hingga 2 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Tak Ada Ruginya Teruskan Kebiasaan Cuci Tangan dan Pakai Masker

Meskipun pandemi Covid-19 dianggap sudah mereda. Namun, kebiasaan menggunakan masker dan cuci tangan sebaiknya teruis dilakukan. Banyak manfaatnya.


Top 3 Dunia: Permaisuri Raja Thailand, SARS, dan Pertemuan Virtual Biden-Xi

17 November 2021

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida melambaikan tangan saat menyapa warga dalam peresmian stasiun kereta bawah tanah di Bangkok, Thailand, 14 November 2020. Royal Household Bureau/Handout via REUTERS
Top 3 Dunia: Permaisuri Raja Thailand, SARS, dan Pertemuan Virtual Biden-Xi

Berita Top 3 Dunia, Selasa, 16 November 2021, adalah tentang Permaisuri Raja Thailand, asal usul virus SARS dan pertemuan virtual Biden dengan Xi


Virus SARS Pertama Ditemukan di Guangzhou Cina, Hari ini 19 Tahun Lalu

16 November 2021

Li Wenliang, 34 tahun, mengatakan kepada sekelompok dokter di media sosial Cina dan grup WeChat bahwa tujuh kasus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) telah dikonfirmasi terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang diyakini sebagai sumber virus. twitter.com
Virus SARS Pertama Ditemukan di Guangzhou Cina, Hari ini 19 Tahun Lalu

Kota Foshan, Guangzhou, China menjadi tempat pertama ditemukannya kasus Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) pada 16 November 2002.


Peneliti AS dan Australia Ungkap Bukti Epidemi Virus Corona 20.000 Tahun Lalu

5 Oktober 2021

Ilustrasi 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). REUTERS/CDC
Peneliti AS dan Australia Ungkap Bukti Epidemi Virus Corona 20.000 Tahun Lalu

Peneliti menganalisis genom lebih dari 2.500 manusia modern dari 26 populasi di seluruh dunia.


Asal-usul Covid-19, Epidemiolog Cina Minta Penyelidikan Beralih ke AS

18 Juni 2021

Yu Xin, seorang perawat dari Rumah Sakit Pertama Universitas Kedokteran Dalian, tampak menangis saat upacara perpisahan di Rumah Sakit Leishenshan Wuhan di Wuhan, Hubei, Cina, 29 Maret 2020. Sebanyak 1.090 pekerja medis dari Liaoning, Shanghai, Jilin, Guangdong, Shanxi, dan Hebei meninggalkan  RS darurat kedua yang dibangun untuk mengangani wabah virus corona. (Xinhua/Cai Yang)
Asal-usul Covid-19, Epidemiolog Cina Minta Penyelidikan Beralih ke AS

Studi sebut tujuh kasus Covid-19 sudah ada di AS pada Desember 2019. Studi lain bilang sudah ada di Italia per September. Riset WHO tunjuk di Cina.


Kematian Akibat Covid-19 di Singapura Melampaui Kematian Wabah SARS

9 Juni 2021

Orang-orang yang memakai masker wajah keluar dari mal sebelum pemberlakuan lockdown di Singapura 14 Mei 2021. Selama lockdown, Mal dan bioskop akan diizinkan beroperasi tetapi dengan kapasitas yang dikurangi. REUTERS / Caroline Chia
Kematian Akibat Covid-19 di Singapura Melampaui Kematian Wabah SARS

Singapura melaporkan kematian akibat Covid-19 ke-34 atau melampaui total 33 kematian yang tercatat selama wabah SARS pada 2003.


Kisah Pasien Covid-19 yang Merasa Kondisi Tubuhnya Berbeda Setelah Sembuh

25 Oktober 2020

Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. REUTERS
Kisah Pasien Covid-19 yang Merasa Kondisi Tubuhnya Berbeda Setelah Sembuh

Sejumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh merasakan hal berbeda pada indra penciuman, jantung, dan kondisi tubuh lainnya.