TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog Erlangga Masdiana menyebutkan sejumlah kasus pemerkosaan yang terjadi umumnya melibatkan orang-orang terdekat. Setidaknya, hampir 80 persen kasus pemerkosaan mendapati keterlibatan anggota keluarga atau kerabat sebagai pelaku utama, seperti orang tua atau kakak. Mereka ini justru merupakan orang-orang yang dipercaya.
“Ini salah satu penyebab kasus pemerkosaan sulit diungkap,” katanya, Rabu, 20 Februari 2013. Ditambah lagi, kondisi korban yang sulit berterus terang telah menjadi korban pemerkosaan karena terhalang oleh rasa malu dan kondisi psikologis.
Menurut Erlangga, faktor ini juga yang mengakibatkan korban harus merasakan penderitaan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Baru setelah muncul ke permukaan dan disorot media, korban berani bicara dan melapor. “Maka tidak heran bila kasus perkosaan sedikit yang dilaporkan ke polisi,” ujar Erlangga.
Tak jarang polisi pun menemui jalan buntu untuk mengungkap kasus pemerkosaan lantaran sudah berlangsung dan terjadi dalam waktu yang lama. “Polisi harus punya bukti kuat dan harus bisa dibuktikan. Kalau menduga saja bakal sulit,” kata pengajar di Universitas Indonesia ini.
Erlangga menilai, situasi rumah yang padat, sempit, serta interaksi yang tinggi menjadi salah satu faktor pendorong pemerkosaan terhadap anak-anak. Situasi ini biasanya terdapat di pemukiman penduduk yang padat dan kumuh. “Ini karena mereka tidak memiliki sekat atau ruang privat yang jelas,” ujarnya. Sehingga, muncul budaya permisif antara orang tua dan anak.
Seperti diberitakan, kasus pemerkosaan kembali terungkap di Jakarta Timur. Kali ini menimpa PD, 18 tahun, yang diperkosa oleh ayahnya sendiri. Kepada polisi, PD mengaku telah diperkosa sejak usia 13 tahun. Kasus sebelumnya menimpa bocah RI dengan tersangka ayahnya juga. Namun, RI meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka di alat kelaminnya.
Untuk menekan kasus pemerkosaan yang menimpa anak-anak, Erlangga meminta kepada polisi untuk berperan aktif melakukan upaya preventif. Misalnya, dengan mendatangi warga dan memberikan modus-modus yang biasa dilakukan oleh para pelaku. “Kebanyakan pelaku menjalankan aksinya saat pengawasan dari lingkungan lemah, seperti orang tua yang sedang bekerja,” ujar Erlangga.
ADITYA BUDIMAN
Terpopuler:
Sore Ini, Seluruh Jakarta Diguyur Hujan
Masyarakat Bekasi Sambut Stasiun Telaga Murni
Kata Psikolog Soal Kasus Perkosaan Terhadap Anak
Jokowi Bikin Tim Kajian MRT
Danai Pembangunan Tol Dalam Kota, 4 Bank Diprotes
Hendak Tangkap Maling Motor, Pria Ditembak di Dada