TEMPO.CO, Jakarta - Empat bayi kecil tampak tergeletak lemas di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Ketika dipegang, hampir tak ada daging atau lemak yang terasa di tangan dan kaki mungil mereka, hanya tulang yang dibungkus kulit.
Salah satu bayi itu bernama Doni. Ia berusia 8 bulan, tapi tampak seperti berusia 2 bulan. Beratnya hanya 3,2 kilogram. "Hanya naik 8 ons sejak lahir," kata Yuni, ibu Doni, saat ditemui, Kamis, 21 Februari 2013. Menurut perempuan 30 tahun itu, ketika lahir, berat putranya hanya 2,4 kilogram.
Tubuh Doni tak jauh berbeda dari pasien sesama penderita gizi buruk, Alysa Noer Shafa. Bayi 4 bulan itu beratnya hanya 3,2 kilogram. Ibunya, Juleha, mengaku berat badan Alysa hanya naik 100 gram dalam empat bulan.
Selain kedua bayi itu, masih ada dua bayi lain yang dirawat karena menderita gizi buruk. Mereka adalah Fathur Rohman, 14 bulan, dan Yoga, 7 bulan. Selain menderita gizi buruk, bayi-bayi itu juga mengalami komplikasi. Fathur, Yoga, dan Doni menderita flek di paru-paru. Sedangkan Alysa memiliki kelainan pencernaan. "Setelah minum susu selalu muntah," kata Juleha, ibu Alysa.
Kepala Pelayanan Medik RSUD Cengkareng, Budiman Widjaja, mengatakan, jumlah pasien penderita gizi buruk yang dirawat bertambah setelah adanya program Kartu Jakarta Sehat. "Tadinya, dalam sebulan, yang dirawat hanya satu atau dua orang, sekarang bisa tiga hingga empat anak," kata Budiman.
Menurut dia, kebanyakan balita penderita gizi buruk itu merupakan warga Cengkareng dan Kalideres, Jakarta Barat. Kemampuan ekonomi yang rendah biasanya menjadi penyebab utama balita mengalami gizi buruk. "Awalnya, anak kurang gizi sehingga rentan terserang penyakit. Setelah sakit, penyerapan nutrisinya semakin tak maksimal," kata Budiman.
Bayi-bayi penderita gizi buruk dengan komplikasi penyakit, seperti Fathur, Alysa, Doni, dan Yoga, biasanya dirawat selama dua hingga tiga pekan di rumah sakit. Setelah kondisinya stabil, mereka diperbolehkan menjalani rawat jalan di RSUD Cengkareng dan berkonsultasi di poliklinik anak dan edukasi. "Supaya orang tua mengerti kebutuhan gizi anak," kata Budiman. Setelah itu, orang tua diperbolehkan berkonsultasi ke puskesmas dan posyandu.
ANGGRITA DESYANI