TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah mengutuk keras tindak kekerasan di Papua yang mengakibatkan delapan prajurit TNI gugur di Papua. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan Djoko Suyanto mengatakan tindakan mereka tak bertanggungjawab.
Menurut Djoko, pemerintah memandang kekerasan itu sebagai sabotase berbahaya yang ditujukan secara sengaja untuk menghalangi, bahkan menggagalkan inisiatif dan upaya damai bagi Papua.
Delapan prajurit TNI gugur di Papua akibat serangan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka pada Kamis 21 Februari 2013. Mereka yang gugur adalah Pratu Wahyu Prabowo, Sertu M. Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhan, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojo Wiharjo, dan Praka Wempi. “Pemerintah memikirkan santunan terbaik bagi keluarga mereka,” kata Djoko Suyanto dalam keterangannya, Jumat, 22 Februari 2013.
Meski dalam kesedihan dan kemarahan, kata Djoko, pemerintah kembali menegaskan kekerasan apapun tak akan menggeser komitmennya pada kesejahteraan dan perdamaian abadi di Papua. Bersama dengan warga Papua, kata dia, pemerintah pusat dan daerah memilih terus mengedepankan upaya damai dan jujur, demi mencapai kesepahaman yang adil, bermartabat dan operasional, serta menjauhi langkah-langkah kekerasan yang eksesif dan di luar hukum.
Djoko mengatakan, pendekatan perekonomian dan kesejahteraan melalui Otonomi Khusus harus terus diupayakan dan dilaksanakan semaksimal mungkin.
WANTO
Baca juga
Senjata Separatis Papua Diduga Hasil Rampasan
Korban Sipil Penembakan Papua Dikirim ke Timika
Lapangan Terbang Ilaga Dikuasai Penduduk
Panglima TNI: Tentara Belum Perlu Berpolitik
TNI AD Ingin Terjun Tangani Konflik Sosial