TEMPO.CO, Jakarta - Rumah bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Langsa, Duren Sawit, Jakarta Timur, seolah berkembang seturut perjalanan karier politiknya.
Dulu, ketika masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, rumah Anas berdiri hanya di satu kaveling tanah. Semakin lama, rumahnya semakin luas. Ia membangun rumah bergaya joglo di atas dua kaveling tanah yang terletak persis di sebelah rumahnya yang lama.
"Saat sedang dibangun, sering kontainer bolak-balik di sini," kata Pian Simanjuntak, 42 tahun, Sabtu, 23 Februari 2013. Rumah Pian letaknya tak jauh dari kediaman Anas.
Kontainer-kontainer itu, menurut Pian, datang dari luar kota membawa kayu-kayu ukir dan perabotan rumah tangga. Sebagian kayu itu, kata dia, dipakai untuk membangun pendopo seluas 10 x 10 meter yang terletak di halaman depan rumah Anas.
Dari luar pagar, pendopo tersebut tampak jelas lantaran atapnya tinggi menjulang. Atap pendopo disangga kayu-kayu yang terukir rapi. Dari pendopo itu, saban hari terdengar orang membaca Quran dengan pengeras suara.
Saat pembangunan rumah berlangsung, Pian sempat heran pada satu bagian rumah. Ada satu bidang lahan digali sangat dalam. Sampai-sampai diperlukan truk untuk membawa tanah sisa galian ke luar area perumahan. "Saya kira akan dibuat kolam renang. Ternyata bukan. Mungkin itu ruang bawah tanah," katanya.
Jika ditilik dari garasi terbuka rumah Anas, di bawah pendopo, tampak masih ada ruang yang dibangun di bawah permukaan tanah. Hal itu terlihat dari adanya ventilasi dan bata bening di bawah lantai pendopo. Dari balik bata bening itu tampak ada lampu putih menyala.
Budi Wicaksono, pemilik toko Sembako di depan kompleks rumah Anas, mengatakan bahwa bangunan baru rumah Anas belum berapa lama dipakai. "Baru dua atau tiga tahun. Pembangunannya sejak dia jadi ketua umum," katanya.
Saat rumahnya baru satu kaveling, kata Budi, Anas masih sering datang ke tokonya. "Datang pakai kaus dan celana pendek, sekalian antar anak mampir ke toko," ujarnya. Tapi belakangan, sejak jadi ketua umum, Anas tak pernah tampak lagi.
Saat ini luas bangunan rumah Anas kira-kira setara dengan tiga lapangan basket. Antara bangunan baru dan lama terpisah jalan dua lajur. Gerbang keluar-masuk mobil Anas tersebar di empat penjuru rumah. Wartawan dibuat kelimpungan memantau pergerakan di dalam karena jarak dari gerbang satu dengan yang lainnya tak dekat.
Sabtu, 23 Februari 2013, Anas menyatakan mundur sebagai Ketua Umum Demokrat. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas keterlibatannya dalam proyek Hambalang.
ANANDA BADUDU
Berita Terpopuler Lainnya:
Adik Anas : Ini Kan yang 'Mereka' Minta
Bu Anas ke Jakarta untuk Lihat Rumah Baru
Anas Resmi Berhenti Sebagai Ketua Umum Demokrat
Shalawat Nabi Athiyyah Laila Iringi Kepergian Anas