TEMPO.CO, Jakarta -- Gerakan Hary Tanoesoedibjo dalam sebulan terakhir penuh kejutan. Pertengahan bulan lalu, dia mengumumkan hengkang dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Keputusannya seolah mengkonfirmasi keretakan hubungannya dengan Surya Dharma Paloh, bekas politikus Partai Golkar yang tiga tahun lalu mendirikan organisasi kemasyarakatan Nasdem yang kemudian berubah menjadi partai.
Tapi tak butuh waktu lama bagi Hary untuk menemukan kendaraan barunya di kancah politik nasional. Ahad pekan lalu, bos Grup MNC ini memutuskan bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Di partai yang dikomando Wiranto ini, dia langsung dipercaya sebagai ketua dewan pertimbangan partai. "Saya ingin membesarkan partai ini," katanya kepada Tempo.
Kamis pekan lalu, wartawan Tempo Qaris Tajudin, Agoeng Wijaya, Anton Aprianto, Sorta Tobing, Gustidha Budiarti, Isma Savitri, dan fotografer Jacky Firmansyah serta Denny Sugiharto dari Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) menemui Hary Tanoe di ruang kerjanya, MNC Tower lantai 28, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Wawancara selengkapnya, baca majalah Tempo edisi Senin, 25 Februari 2013.
Mengapa Anda tertarik masuk ke dunia politik?
Sederhana saja, bukannya saya sok idealis, negara ini banyak masalah dan semakin tak ada kepastian. Padahal masyarakat membutuhkan kepastian dalam segala hal, dari kebijakan ekonomi, sosial, sampai soal kepemimpinan. Tapi itu masih bisa diperbaiki. Agar menjadi bagian dari perubahan itu, ya, harus masuk ke politik.
Dari hitungan bisnis, apa keuntungan yang Anda dapat dari politik?
Malah kontraproduktif. MNC Group sudah besar, tumbuh pesat. Kapitalisasi pasar tujuh perusahaan publiknya mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Ada tiga risiko yang harus saya tanggung karena masuk ke politik, yaitu harus berpikir jernih, energi, dan mau tidak mau dana. Artinya, ini pengorbanan, bukan keuntungan. Tapi hidup adalah pilihan. Saya ingin berbuat sesuatu.
Cara Anda berbicara sudah benar-benar seperti politikus Senayan….
No. Politikus bukan profesi bagi saya. Jika saya menjadikannya sebagai profesi, berarti partai politik adalah tujuan akhir saya. Tapi, tujuan akhir saya bukan itu, melainkan bagaimana saya bisa berbuat sesuatu.
Berapa banyak partai yang mendekati Anda setelah keluar dari NasDem?
Banyak. Hampir semua partai.
TEMPO
Baca juga:
Hary Tanoe: Perindo Bakal Jadi Partai
Yusril Bakal Jadi Ketua Dewan Pembina Perindo
Yusril Deklarator Organisasi Masyarakat Hary Tanoe
Hary Tanoe Bisa Dongkrak Suara Hanura