TEMPO.CO, Jakarta - Sersan Satu Ramadhan Amang menjadi satu dari delapan tentara yang menjadi korban penembakan di Puncak Jaya, Papua. Anggota Batalion Infanteri 753 Arga Viratama, Nabire, ini sempat menelepon istrinya sebelum tewas. Dia meminta sang istri menjaga dan merawat anak serta memesan makanan kesukaannya.
"Sebelum meninggal, dia (Sersan Satu Ramadhan) memesan saya mengirimkan terong dan tempe goreng," kata istri Sertu Ramadhan, Nuraini, di kediamannya, Senin, 25 Februari 2013. Permintaan itu dirasa aneh oleh Nuraini. Sebab, selama bertugas di Sinak, Papua, Sertu Ramadhan tidak pernah meminta sesuatu, apalagi makanan kesukaannya.
Sertu Ramdahan Awang tewas tertembak oleh kelompok separatis di Puncak Jaya, Papua, Kamis, 21 Februari 2013. Kematian Sertu Ramadhan meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya. Selain dia, tujuh tentara tewas dalam kejadian itu. Jenazah Sertu Ramadhan rencananya tiba di Kupang, Senin, 25 Februari 2013, pukul 12.00 Wita.
Sambil menggendong putranya, Fadli, 3 tahun, Nuraini terus menitikkan air mata. Kabar kematian Sertu Ramadhan pun didapat dari temannya yang bertugas di Papua. "Saya tidak punya firasat apa-apa," katanya. Nuraini berharap pelaku penembakan suaminya segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
YOHANES SEO
Baca Juga:
Baca juga
Menteri Djoko Tetap Ingin Sejahterakan Warga Papua
Papua Memanas, Presiden Gelar Rapat Terbatas
Gugur di Papua, Prabowo Prajurit Terbaik Kopassus
Heli TNI Ditembak, Evakuasi Lewat Jalur Darat
Senjata Separatis Papua Diduga Hasil Rampasan