TEMPO.CO, ALMATY—Setelah berunding selama dua hari di Kota Almaty, Kazhakstan, perundingan nuklir antara Iran dan negara-negara anggota Dewan Keamanan plus Jerman, mulai berbuah positif. Meski belum terjadi kesepakatan, juru runding Iran, Said Jalili, mengungkapkan proposal yang diajukan keenam negara tersebut mulai realistis daripada sebelumnya.
“Mereka mulai menyamakan beberapa sudut pandang dengan kami. Ini merupakan langkah positif walaupun kami masih harus menempuh jalan panjang sebelum mencapai kespakatan,” kata Jalili dalam konferensi pers Rabu 27 Februari 2013.
Dalam kesempatan tersebut, Catherine Ashton sebagai ketua tim negara P5+1, mengharapkan Iran dapat mempelajari proposal pihaknya secara mendalam dalam perundingan selanjutnya. “Kami berharap Iran dapat melihat sisi positif proposal itu,” ujar Ashton yang juga menjabat Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, kepada wartawan.
Perundingan tersebut terutama membahas proposal baru kelompok negara P5+1 yakni Amerika Serikat, Cina, Inggris, Rusia, Prancis dan Jerman; dengan Iran. Negara-negara maju bersedia melonggarkan sanksi ekonomi terhadap negara Persia itu jika Iran mau menutup fasilitas nuklir bawah tanah di Fordo, menghentikan pengayaan uranium 20 persen dan menghenatikan transfer pengayaan uranium di luar Iran.
Namun Jalili menegaskan Iran tidak akan membuang haknya untuk melakukan pengayaan uranium. “Kami juga tidak akan menutup fasilitas Fordo,” ujarnya.
Toh perundingan dipastikan berlanjut setelah kedua pihak sepakat untuk menggelar perundingan pakar level menengah di Istanbul pada 17-18 Maret. Pembicaraan tersebut akan dilanjutkan dengan pertemuan tim negosiasi di Almaty pada 5-6 April mendatang.
Progres positif nampak dalam pertemuan Selasa petang. Kubu Iran secara terpisah menemui delegasi Rusia, Jerman dan Inggris. Kemarin pagi sebelum menggelar konferensi pers, Jalili secara khusus menemui Ashton. Sesudahnya, pertemuan dengan seluruh delegasi pun digelar.
Ketegangan ihwal nuklir Iran berlangsung sejak 2010 silam. Saat itu, Iran mulai melakukan pengayaan uranium hingga 20 persen, satu langkah menuju pembuatan senjata nuklir. Tapi Iran berkukuh langkah ini hanyalah untuk kepentingan warga sipil dan bukan seperti dituduhkan negara-negara Barat.
L AP | REUTERS | BBC | AL-JAZEERA | HAARETZ | SITA PLANASARI AQUADINI