TEMPO.CO, Vienna - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan membuat pernyataan tentang Zionisme yang dinilainya memiliki karakter sama dengan fasisme dan anti-semitisme. Pandangan yang disampaikan Erdogan dalam acara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Vienna, Austria, Rabu waktu setempat itu memancing kecaman dari Israel dan pendukungnya.
Pidato itu disampaikan Erdogan di depan peserta Forum Aliansi Peradaban--Kerangka Dialog PBB tentang Barat dan Islam itu. "Ada kebutuhan bahwa kita harus mempertimbangkan --seperti Zionisme, anti-Semitisme, atau fasisme - Islamofobia sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Erdogan.
Zionisme adalah gerakan orang Yahudi yang mendukung terbentuknya negara Israel, sedangkan fasisme merupakan rezim yang mengagungkan bangsa di atas individu dengan pemerintahan terpusat dipimpin oleh seorang pemimpin diktator.
Pemerintah Israel mengecam keras pernyatan Erdogan yang menyamakan Zionisme dengan fasisme. "Ini adalah pernyataan gelap dan palsu seperti yang kami pikir telah berlalu ke dalam sejarah," kata Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu.
Kecaman lebih keras datang dari Pinchas Goldschmidt, kepala rabi dari Moskow dan kepala Konferensi Rabbi Eropa. "Serangan ini menempatkan Perdana Menteri Erdogan ke tingkat sama seperti Mahmud Ahmadinejad," kata Goldschmidt dalam sebuah pernyataannya.
Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad pernah menyampaikan pernyataan di forum PBB, September 2012 lalu, bahwa Israel tidak memiliki akar di Timur Tengah dan akan dihapuskan.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebut pernyataan Erdogan itu "menyakitkan dan memecah belah". "Sangat disayangkan bahwa komentar menyakitkan dan memecah belah seperti itu diucapkan pada pertemuan yang diadakan di bawah tema kepemimpinan yang bertanggung jawab," kata juru bicara Ban, dalam sebuah pernyataan.
Kecaman serupa juga datang dari Amerika Serikat. "Kami menolak karakterisasi Perdana Menteri Erdogan yang menyebut Zionisme sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Itu pernyataan yang bernada menyerang, dan salah," kata Juru bicara Gedung Putih Tommy Vietor dalam sebuah pernyataan.
Sikap Erdogan ini diprediksi akan mempengaruhi hubungan dua negara yang mulai dingin sejak 2010. Pemicunya adalah tewasnya sembilan warga Turki saat pasukan komando Israel menyerbu kapal yang membawa bantuan kepada warga Palestina di Gaza, yang saat itu sedang diblokade Israel. Namun beberapa pekan terakhir ini sebenarnya sudah ada upaya untuk memperbaiki hubungan.
Reuters | BBC | Jerussalem Post | Abdul Manan