TEMPO.CO, Tangerang--Pemerintah Kabupaten Tangerang kewalahan menangani banyaknya kerbau yang masuk area pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa. Kawanan hewan ternak ini sering merusak taman dan hutan kota. Kotoran berserakan di jalan-jalan. "Membuat jelek pemandangan," ujar Kepala Bidang Pertamanan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang Elfrida kepada Tempo, Ahad 3 Maret 2013.
Elfrida mengatakan kerbau dan hewan ternak lainnya menjadi masalah sejak pusat pemerintahan pindah dari Kota Tangerang ke Tigaraksa 1997. Pemeliharaan taman dan hutan kota, kata Elfrida, menjadi sulit karena tanaman habis dimakan hewan ternak.
Pusat pemerintahan Tangerang dibangun di atas lahan sekitar 45 hektare. Di sini berdiri gedung blok Pekerjaan Umum, gedung gabungan sejumlah dinas, gedung Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kantor Badan Pertanahan, Polres Tangerang, Kantor Kejaksaan Negeri Tigaraksa dan masjid Agung Al-Amzad. Blok lainnya terletak di utara meliputi kantor Bupati Tangerang dan Sekretaris Wilayah Daerah, Gedung Serba Guna, DPRD, Bawasda dan Bapeda serta gedung gabungan sejumlah badan.
Hampir setiap jalan dan gedung di pusat pemerintahan dilengkapi taman dan pohon-pohon. Namun, sebagian kawasan tak dipagar sehingga menjadi akses masuk hewan ternak. Kerbau pun merumput dan nyelonong hingga ke pekarangan pusat pemerintahan.
Pemerintah sempat membuat pagar kawat keliling dan pernah meminta bantuan petugas Satuan Polisi Pamong Praja untuk menghalau kerbau. "Kerbau tetap bisa masuk," kata Elfrida.
Pemerintah terus berupaya menghalau kawanan kerbau. "Sekarang ini empat petugas khusus kami siagakan," ujar Elfrida. Petugas penghalau kerbau adalah warga sekitar yang bekerja bergantian selama 24 jam. Petugas bersiaga di beberapa titik yang menjadi jalan masuk hewan ternak ke area pusat pemerintahan.
Kepala Bidang Pengembangan Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution mengatakan, kerbau milik warga sekitar bukan masuk kategori peternakan besar. "Peternakan perorangan yang setiap orangnya punya 5 hingga 10 kerbau," katanya. Tapi, pemilik hewan ternak itu cukup banyak sehingga 'serbuan' kerbau cukup membuat kewalahan penataan taman kota.
Mawardi menambahkan telah melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada pemilik ternak supaya tak masuk area pusat pemerintahan. "Secara tertulis pun sudah kami layangkan," katanya. Tapi upaya tersebut tak berhasil, karena kerbau tetap bisa masuk area pusat pemerintahan.
Komaruddin, 50 tahun, buruh yang setiap hari menggembalakan kerbau di kawasan itu mengatakan tak tahu ada larangan masuk hewan ternak ke kawasan kantor Bupati. Komaruddin biasanya melepas lima kerbaunya di lapangan tak jauh dari pusat perkantoran. "Terus saya pergi ke sawah," katanya. Ia tak tahu kalau kerbaunya merangsek ke area pusat pemerintahan merusak taman dan hutan kota. Simak Tangerang dan permasalahannya di sini.
JONIANSYAH
Baca juga:
Izin Cuti, Jokowi Kampanye di Sumatera Utara
Iskadir Alias Joyce Ditusuk di Kramat Jati
Arus Pendek Listrik Melumat 4 Rumah TNI AU
Keluarga Korban Sodomi Pulang ke Ciracas Besok