Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hilangnya Sawah Petani di Kaki Gunung Salak  

Editor

Yuliawati

image-gnews
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang sebelumnya merupakan tempat konservasi kini berubah menjadi
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang sebelumnya merupakan tempat konservasi kini berubah menjadi "Rimba Beton" dengan banyak berdirinya Villa di Lokapurna di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat, (28/2). Tempo/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi warga Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, bertani bukan lagi hal yang menarik. Bukan karena mereka malas berkerja, tapi hampir tidak ada lagi petani yang punya tanah berladang di sana. "Sebanyak 80 persen lahan di sini sudah milik orang Jakarta," ujar Kepala Rukun Warga 05 Ahmad Soleh, pekan lalu.

Ambil contoh di RT 05 RW 05, dari 99 keluarga hanya ada satu warga yang masih masih memiliki tanah mencapai 500 meter persegi. Lainnya, rata-rata hanya memiliki tanah seluas 60-100 meter persegi. "Hanya tinggal tanah untuk tempat tinggal, rumah, dan halaman warga saja. Hampir tidak ada warga yang memiliki sawah," ujarnya.

Kondisi itu bermula pada 1996, ketika sejumlah orang yang mengaku sebagai perwira militer datang membeli lahan warga. Harganya sangat murah, Rp 750 per meter persegi. Ladang lantas dikapling-kapling dan selanjutnya dijual ke sejumlah jenderal dan orang yang berminat. Tidak lama kemudian vila-vila mulai bermunculan di sana. Pemilik vila adalah para pesohor, dari pengusaha, artis, pengacara kondang, politikus, hingga mantan jenderal.

Kini warga desa di lereng kaki Gunung Salak itu tidak lagi punya ladang. Untuk bertahan hidup, sebagian dari mereka menumpang bercocok tanam di lahan kosong pemilik vila. Sebagian lain berkerja ke luar desa, menjadi buruh.

Tempo lantas mendatangi kantor kepala desa. Wawan, Sekretaris Desa Sukaharja, menyodorkan data kepemilikan vila di desanya pada 2010. "Ini yang terbaru, sejak 2010 hingga sekarang belum ada lagi pendataan," katanya.

Pada dua lembar kertas itu tercatat 34 orang yang memiliki vila di sana. Setiap orang menguasai lahan ribuan hingga 30 ribu meter persegi. Jumlah itu belum termasuk lahan yang tidak memiliki bangunan vila. Pihak desa memang tidak memasukkan lahan yang belum memiliki bangunan. "Dari 2010 ke sekarang pasti ada penambahan, tapi kami belum tahu datanya," ujarnya.

Sejumlah nama orang tenar tercantum di sana. Salah satunya adalah mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo Adi Sutjipto yang memiliki vila di atas lahan 7.000 meter persegi di Kampung Gati, Sukaharja.

Widodo tidak sendiri, masyarakat mengenal sejumlah petinggi militer lain seperti seperti Laksamana Muda Amonaris dan Laksamana Arief Kushariyadi yang juga memiliki vila di Sukaharja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan, pengacara Juan Felix Tampubolon dan artis Deddy Mizwar juga memiliki tetirah di sana. Vila milik calon Wakil Gubernur Jawa Barat, pasangan Ahmad Heryawan, itu berada di salah satu lereng tinggi di Kampung Pasir Tengah. Deddy sempat berkampanye di sana.

Deddy tidak menampik perihal kepemilikan vila itu. "IMB lengkap," katanya. Begitu juga dengan surat tanah, semua legal. "Sertifikat hak milik."

Bupati Bogor Rachmat Yasin mengatakan kondisi serupa juga terjadi di desa-desa lain di Kecamatan Cijeruk. Masalahnya memang area di sana tidak seluruhnya terlarang untuk pembangunan vila, asalkan memenuhi aturan. Namun ditengarai ada sejumlah vila yang melanggar aturan. "Tapi belum sempat kami tangani," katanya.

Alasannya, pihaknya sekarang masih fokus kepada penertiban vila di kawasan Cisarua, Puncak. Rachmat berjanji akan melakukan penertiban. "Sekaligus mengawasi jangan sampai ada peralihan fungsi lahan dan menyebabkan pengangguran. Tim Investigasi majalah Tempo edisi 4-10 Maret 2013 menelusuri hulu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Kondisi keduanya mengenaskan. Banyak area tangkapan air yang telah beralih fungsi menjadi bangunan vila. Bahkan, ratusan vila berdiri di zona inti Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

TIM INVESTIGASI TEMPO

Baca juga:
Banjir Jakarta, Puncak Menolak Disalahkan
Longsor Puncak Akibat Alih Fungsi Lahan
Ratusan Vila Berdiri di Taman Nasional
Tak Boleh Ada Vila di Taman Nasional Gunung Halimun

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

21 hari lalu

Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, Senin 24 Maret 2024. Banjir di permukiman padat penduduk dengan ketinggian air 50-175 cm itu terjadi akibat meluapnya Kali Ciliwung. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

Curah hujan tinggi dan luapan sungai memicu banjir Jakarta. Permukiman dan ruas jalan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat terendam.


Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

29 hari lalu

Warga berjalan melintasi banjir di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, Senin 24 Maret 2024. Banjir di permukiman padat penduduk dengan ketinggian air 50-175 cm itu terjadi akibat meluapnya Kali Ciliwung. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

Penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta menuai kritik karena dinilai tidak fokus dan tak kunjung terealisasi.


Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

31 hari lalu

Sejumlah pengendara menerobos banjir yang merendam kawasan Daan Mogot, Jakarta, Jumat 22 Maret 2024. Intensitas hujan yang tinggi membuat banjir setinggi 10-30 cm yang merendam di kawasan tersebut. TEMPO/Fajar Januarta
Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

Heru Budi mengatakan Proyek Sodetan Ciliwung dapat mengatasi banjir di Jakarta.


Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

41 hari lalu

Warga melintasi banjir dikawasan perumahan Cempaka Putih Barat, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024. Hujan deras yang terjadi dari dini hari hingga pagi mengakibatkan banjir sejumlah ruas jalan dan menghambat aktivitas warga yang hendak pergi kerja. TEMPO/Tony Hartawan
Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

BPBD DKI Jakarta memperingatkan perihal peningkatan status siaga genangan akibat hujan lebat di beberapa wilayah.


Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

51 hari lalu

Warga melintasi banjir dikawasan perumahan Cempaka Putih Barat, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024. Hujan deras yang terjadi dari dini hari hingga pagi mengakibatkan banjir sejumlah ruas jalan. TEMPO/Tony Hartawan
Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

Berikut wilayah terdampak banjir Jakarta dan dugaan faktor penyebabnya.


Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

54 hari lalu

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.


Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

54 hari lalu

Warga melintasi banjir dikawasan perumahan Cempaka Putih Barat, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024. Hujan deras yang terjadi dari dini hari hingga pagi mengakibatkan banjir sejumlah ruas jalan. TEMPO/Tony Hartawan
Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

Cuaca Jakarta berpotensi hujan pada hari ini dan besok. Waspada banjir Jakarta seiring perkiraan hujan ekstrem sepekan ke depan.


Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

55 hari lalu

Warga melintasi banjir dikawasan perumahan Cempaka Putih Barat, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024. Hujan deras yang terjadi dari dini hari hingga pagi mengakibatkan banjir sejumlah ruas jalan dan menghambat aktivitas warga yang hendak pergi kerja. TEMPO/Tony Hartawan
Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

Saat ini, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir Jakarta karena kapasitas drainase menurun.


Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

55 hari lalu

Warga melintasi banjir dikawasan perumahan Cempaka Putih Barat, Jakarta, Kamis 29 Februari 2024. Hujan deras yang terjadi dari dini hari hingga pagi mengakibatkan banjir sejumlah ruas jalan. TEMPO/Tony Hartawan
Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

Simak berita populer di kanal Metro, mulai dari banjir di Jakarta hingga upaya pembebasan pilot Susi Air di Papua


Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

56 hari lalu

Ilustrasi orang tenggelam. pulse.com.gh
Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

Dinas Gulkarmat DKI masih mencari RA, 13 tahun, yang tenggelam saat berenang di Kali Sunter, Pulogadung ketika hujan turun