TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, keputusan Cina untuk mempertahankan target pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 7,5 persen cukup berdampak pada aktivitas ekspor Indonesia. Kondisi perekonomian dunia yang belum banyak berubah akan membuat kinerja ekspor tidak berubah dari tahun 2012.
"Itu masih harus kami lihat, tapi saya rasa esensinya masih tetap sama dengan tahun-tahun lalu karena masing-masing negara melalui proses politik," kata Mahendra ketika ditemui di kantor Menteri Koordinator Perekonomian, Rabu, 6 Maret 2013.
Mahendra melihat, tahun ini, Indonesia harus lebih berhati-hati dan tidak terlalu banyak berharap akan ada perubahan atas kondisi perekonomian negara lain. "Karena secara keseluruhan permintaan global tampaknya juga belum akan berubah banyak," ujarnya.
Meski begitu, pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia tidak seluruhnya hanya bergantung pada kondisi perekonomian negara-negara lain. "Indonesia sendiri, kan, tentunya memiliki kinerja dan strategi-strategi yang dilakukan sekalipun kondisi global belum akan berubah banyak," ujarnya. "Sehingga kemungkinan ekspor tumbuh ada, melihat beberapa negara aktivitas ekspornya sudah membaik, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia."
Awal Maret lalu, Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2013 defisit US$ 170 juta. Defisit neraca perdagangan terutama disebabkan oleh melonjaknya impor yang mencapai US$ 15,55 miliar, terdiri atas impor nonmigas US$ 11,51 miliar dan impor migas US$ 4,04 miliar.
Adapun total nilai ekspor Indonesia hanya mencapai US$ 15,38 miliar. Pencapaian ini menurun sebesar 0,11 persen dibanding total ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 15,57 miliar.
AYU PRIMA SANDI