Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Codot Serang Buah Kelengkeng Lereng Merapi  

Editor

Yuliawati

image-gnews
Gunung Merapi dilihat dari alam pedesaan kawasan Kaliurang Km 7, Sonokayen, Sleman, DI Yogyakarta. TEMPO/Subekti
Gunung Merapi dilihat dari alam pedesaan kawasan Kaliurang Km 7, Sonokayen, Sleman, DI Yogyakarta. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO.CO, Sleman - Di lereng Gunung Merapi banyak tumbuh pohon kelengkeng yang buahnya melimpah. Namun, serangan codot membuat hasil panen menjadi minim. Biasanya, jika tidak diserang hama, dalam satu lahan pohon kelengkeng bisa menghasilkan 2-3 ton hasil panen.

"Banyak codot yang menyerang dan memakan buah kelengkeng pada malam hari," kata Sri Nguwati, 45 tahun, salah satu petani pohon kelengkeng di Hargobinangun Pakem, Sleman,  Kamis, 7 Maret 2013.

Masyarakat di lereng Gunung Merapi itu sudah sejak lama berbudi daya pohon kelengkeng jenis lokal. Pasarannya cukup bagus karena rasanya manis dan sangat berbeda dengan kelengkeng impor asal Thailand.

Dibandingkan hasil panen pada tahun lalu, panen kelengkeng lokal sangat berkurang. Jika pada tahun lalu hasil satu pohon mencapai Rp 800 ribu, kini hanya mencapai kurang dari Rp 700 ribu.

Nguwati menjelaskan, para petani memasang brongsong (semacam anyaman bambu untuk melindungi buah) untuk mengusir codot. Sayangnya, tidak semua buah bisa tertutupi dengan brongsong karena beberapa tangkai yang berbuah berada di pucuk pohoon. "Buah kelengkeng harus masak di pohon, tidak bisa diperam," kata dia.

Menurut Kepala Desa Hargobinangun Pakem, Bejo Wiryanto, pohon kelengkeng banyak ditanam untuk memenuhi kebutuhan buah lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada beberapa jenis kelengkeng lokal yang ditanam, biasanya disebut itoh, kristalin, dan diamond river.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terdapat dua dusun dan beberapa lahan milik desa yang ditanami pohon kelengkeng, yakni Banteng dan Ngipiksari. Namun, di pekarangan, warga juga banyak menanam pohon yang buahnya bulat sebesar kelereng itu. Rata-rata dalam dua tahun warga bisa panen sebanyak tiga kali.

Pihak desa sudah mengajukan kerja sama dengan kementerian terkait untuk pengembangan budi daya pohon kelengkeng di lereng Merapi. "Ada lahan milik desa yang luasnya mencapai 2,5 hektar dan siap ditanami pohon kelengkeng. Program ini akan berjalan mulai 2014," kata Bejo.

Ia berharap, jika digalakkan penanaman pohon kelengkeng dengan berbagai varitas dan teknik penanaman yang benar, komoditas ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan membantu ekonomi petani. Selain di Kecamatan Pakem, pohon kelengkeng juga dikembangkan di kecamatan Cangkringan. Hingga awal 2013 ini sudah ditanam sebanyak 1.200 pohon kelengkeng lokal jenis itoh, yakni di Kinahrejo, Pangukrejo (Umbulharjo) dan Petung (Kepuharjo).

MUH SYAIFULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

21 jam lalu

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur


Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

4 hari lalu

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

Program pengairan dan alsintan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kukar.


Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

13 hari lalu

Para pekerja membongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan di dalam negeri pada 2024 sebesar USD7,20 miliar atau setara Rp112,1 triliun. Angka tersebut naik signifikan dari realisasi ekspor produk perikanan hingga November 2023, di mana nilai sementara ada di kisaran USD5,6 miliar atau setara Rp87,25 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.


Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

24 hari lalu

Logo KPK. Dok Tempo
Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

Pelaporan ke KPK terkait dugaan korupsi pemotongan dana bantuan hibah pertanian yang berasal dari Dana Aspirasi DPR yang mencapai Rp 2 miliar.


Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

31 hari lalu

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN Hadi Tjahjanto (keenam kiri) berdialog dengan warga saat menyerahkan sertifikat tanah di Desa Muktisari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis 12 Oktober 2023. Sebanyak 405 sertifikat tanah dibagikan kepada warga secara gratis pada proses redistribusi tanah eks Hak Guna Usaha (HGU) PT Maloya yang telah ditetapkan menjadi Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

Menteri Agraria dan Tata Ruang Hadi Tjahjanto menyerahkan 205 sertifikat tanah hasil program Konsolidasi Tanah Non Pertanian.


Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

32 hari lalu

Pemandangan sawah daerah Rorotan di tengah ibu kota, Jakarta, Rabu, 1 November 2023.  Lahan tersebut merupakan lahan beberapa perusahaan salah satunya yaitu PT. NUSA Kirana. RE dan beberapa lahan milik warga setempat. TEMPO/Magang/Joseph.
Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

Seretnya produksi beras diduga akibat kebijakan regulator yang condong mengutamakan ekstensifikasi lahan pertanian, misalnya food estate.


Berkelanjutan Membangun Tapanuli Utara

49 hari lalu

Berkelanjutan Membangun Tapanuli Utara

10 tahun memimpin Kabupaten Tapanuli Utara, Nikson Nababan, fokus membangun infrastruktur, pertanian, pendidikan dan kesehatan. Perekonomian tumbuh positif meski di masa pandemi Covid-19.


BRI Menanam Grow & Green Bangkitkan Harapan Petani

56 hari lalu

BRI Menanam Grow & Green Bangkitkan Harapan Petani

BRI bersama Yayasan Bakau Manfaat Universal meluncurkan program BRI Menanam Grow & Green.


Mahfud MD Kritik Food Estate, Ini 5 Lokasi dan Kendalanya

57 hari lalu

Petani menanam bibit singkong di areal lumbung pangan nasional 'food estate' di Tewai Baru, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Sabtu, 6 Maret 2021. Anggaran tersebut untuk mendukung program pengembangan
Mahfud MD Kritik Food Estate, Ini 5 Lokasi dan Kendalanya

Mahfud Md menyebut food estate adalah proyek gagal. Di mana saja lokasi proyek tersebut dan apa saja faktor kegagalannya?


Gibran Mau Libatkan Generasi Muda Lewat Smart Farming, Ini Strateginya

57 hari lalu

Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka (kiri) dan Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar saat mengikuti debat Cawapres ke empat di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024. Debat kali ini bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Gibran Mau Libatkan Generasi Muda Lewat Smart Farming, Ini Strateginya

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka ingin melibatkan generasi muda dalam sektor pertanian dengan smart farming. Bagaimana strateginya?