TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan bakal menerapkan transportasi perkotaan ramah lingkungan. Tujuannya untuk menekan polusi lingkungan akibat asap kendaraan. Menteri Perhubungan Evert Ernest Mangindaan mengatakan Medan di Sumatera Utara, Batam di Kepulauan Riau dan Manado di Sulawesi Utara menjadi kota percontohan pengembangan transportasi berkelanjutan.
"Pemilihan kota didasarkan kebijakan transportasi massal," katanya dalam peresmian kerjasama proyek dengan ketiga pemerintah kota tersebut di kantor Kemen-Hub, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Maret 2013. Keberpihakan kepada transportasi massal ditinjau dari besaran anggaran pemerintah kota untuk mengembangkan angkutan umum. Alasan lainnya, "Sinergi denganperencanaan transportasi nasional."
Mangindaan mengatakan ketiga kota tersebut dipilih mewakili tiga kategori kota. Medan mewakili kota besar, Manado sedang dan Batam mewakili kota berkembang.
Sistem transportasi berkelanjutan merupakan program internasional berdasarkan kesepakatan Bali Action Plan. Kesepakatan ini digagas pada Konvensi untuk Kerangka Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-bangsa (UNFCCC) ke-13 di Bali pada Desember 2007.
Menurut Mangindaan Pemerintah menindaklanjuti dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Rencana itu telah didaftarkan kepada PBB melalui UNFCC.
Transportasi berkelanjutan diyakini akan mengurangi jumlah emisi karbondioksida. Pada 2005, emisi karbon yang disumbang sektor transportasi mencapai 68 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2E). Mangindaan menargetkan penurunan emisi hingga 26 persen pada 2020.
Sektor transportasi mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 321,4 juta satuan barel minyak (SBM) atau 31 persen bahan bakar nasional. Jumlah itu adalah terbesar kedua. Pertumbuhan konsumsi bahan bakar diperkirakan meningkat 3,1 persen setiap tahunnya.
Dampak negatif peningkatan konsumsi bahan bakar adalah tingginya emisi kendaraan. Menurut Mangindaan emisi gas rumah kaca sebanyak 119,6 juta ton CO2E pada 2011. Pada 2015 dan 2020, konsumsi BBM masing-masing diperkirakan mencapai 326,6 juta SBM dan 440,3 juta SBM. Adapun emisi gas rumah kaca diprediksi mencapai 121,5 juta ton CO2E dan 163,4 juta ton CO2E.
MARIA YUNIAR