TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Standard Chartered, Erick Sugandi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,5 persen tahun ini. Sebab, pada akhir tahun 2013 dan awal 2014 pertumbuhan ekonomi akan terdongkrak oleh konsumsi pemilihan umum.
"Ada belanja tambahan dari kebutuhan Pemilu pada kuartal keempat tahun 2013 dan kuartal pertama tahun 2014," kata Eric saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Maret 2013.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini memutuskan untuk mempertahankan BI rate pada level 5,75 persen. Selain inflasi yang masih bisa dikendalikan, BI memprediksi perekonomian Indonesia pada kuartal pertama 2013 ini bisa tumbuh 6,2 persen dengan didukung oleh konsumsi domestik.
Selain dari sisi konsumsi belanja partai politik, belanja rumah tangga juga tetap tumbuh meski ada kenaikan tarif dasar listrik dan upah minimum regional. "Dampaknya tidak terlalu signifikan ke daya beli masyarakat karena listrik naik tapi pendapatan juga meningkat," ujarnya.
Erick juga melihat adanya pertumbuhan investasi pada 2013 ini. "Di samping ekspor juga membantu tetapi tidak terlalu besar karena ekonomi global dan pemulihan harga komoditi masih lambat," ujarnya.
Sementara ekonom dari Bank Mandiri, Destry Damayanti, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada semester pertama hanya tumbuh sekitar 6,1 - 6,2 persen. Dari sisi eksternal, belum ada perbaikan atas neraca transaksi berjalan. "Belum lagi harga komoditi yang belum memulihkan ekspor padahal impor minyak dan gas masih terus berlanjut," ujar Destry.
Dari sisi internal, investasi juga tidak terlalu tumbuh cepat. Hanya saja, konsumsi masih akan terus tumbuh pesat.
AYU PRIMA SANDI
Berita Ekonomi Terpopuler:
Megaproyek Tol Cipali Mulai Tahap Perataan Tanah
Bank Asal Jepang Ingin Kuasai BTPN
Samin Tan Mundur dari Bumi Resources
10 Petinggi BUMI Ikut Mundur
Maros Akan Tambah Pabrik Semen