TEMPO.CO, Manila - Keluarga Sultan Sulu Jamalul Kiram III menyatakan kecewa dan mengangkat bahu soal laporan bahwa pemerintah Filipina ingin meminta maaf karena kehilangan surat yang mereka kirim pada tahun 2010. Dalam surat itu, mereka mempertanyakan sikap Manila mengenai klaim mereka atas Sabah, yang merupakan wilayah yang dihadiahkan Sultan Brunei kepada mereka.
Menurut mereka, sudah terlambat bagi Manila untuk meminta maaf karena sudah banyak warga Filipina yang tewas dalam bentrokan di Sabah. Fatima Celia, istri Sultan Sulu yang memproklamasikan diri sebagai Jamalul Kiram III, mengatakan kepada ABN-CBS News Channel di Filipina bahwa pemerintah seharusnya meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan. "Bencana telah terjadi, bukan? Telah banyak nyawa melayang," katanya.
Adik Jamalul, Agbimuddin Kiram, memimpin kelompok yang beranggotakan lebih dari 200 pria bersenjata dari Sulu ke Lahad Datu di Sabah pada 9 Februari, untuk mengklaim wilayah di ujung utara pulau Borneo itu. Langkah mereka direspons dengan serangan militer oleh Malaysia. Belasan pengikutnya dilaporkan tewas dalam operasi yang hingga kini masih berlangsung.
Namun, Celia mengatakan kepada ABS-CBN bahwa "pintu Sultan masih terbuka untuk negosiasi".
Philippine Daily Inquirer melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario, yang baru saja kembali dari Malaysia kemarin, berencana untuk membuat surat permintaan maaf kepada Kesultanan Sulu terkait dengan hilangnya surat itu. Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situsnya hari ini, Departemen Luar Negeri Filipina (DFA) mengakui bahwa surat dari Agbimuddin, yang diyakini telah dikirim ke Aquino dua hari sebelum ia menjabat pada tahun 2010, telah ditemukan. "... surat telah ditemukan. Menteri mengambil tanggung jawab penuh untuk pengawasan," kata pernyataan itu.
Aquino sebelumnya mengatakan bahwa surat itu kemungkinan "terselip", sementara juru bicaranya, Edwin Lacierda, mengatakan baru-baru ini bahwa Malacañang, kediaman resmi presiden, tidak pernah menerima surat dari Agbimuddin.
Menurut laporan sebelumnya, surat yang pertama mengucapkan selamat kepada Aquino untuk duduk dalam kursi kepresidenan, sebelum meminta bimbingan pemerintah atas kepemilikan mereka di Kesultanan Sabah, serta peran dalam pembicaraan perdamaian dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Malaysia adalah fasilitator dalam perundingan damai.
Agbimuddin, yang merupakan Ketua ISRRC, juga menyatakan frustrasi rasa pengikutnya "karena diabaikan selama lima dekade lebih dalam klaim mereka atas Sabah". Surat itu diakhiri dengan kalimat "harapan penyelesaian masalah Sabah" di bawah pemerintahan Aquino.
Inquirer melaporkan Agbimuddin sendiri yang menulis surat itu untuk Aquino. Tapi setelah mengetahui suratnya tak direspons, mereka sepakat membuat "dekret kerajaan" yang memungkinkan mereka untuk kembali "pulang" ke Sabah dengan sekelompok pengikut pada awal Februari tahun ini.
ABS-CBN | TRIP B
Berita Populer:
Hotma Sitompul: Semakin Lama Terbuka Kasus Raffi
Begini SMS Antara Yuni Shara dan Polisi Soal Raffi
Menkopolhukam: Pembubaran Densus 88 Berlebihan
Krisdayanti: Yuni Kecewa Atas Tuduhan Itu
Kangen Warteg, Dahlan ke Warmo