TEMPO.CO, Jakarta - Bertahun-tahun mengenal anggota Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri (Densus 88), bukan jaminan peliputan seputar teroris menjadi mulus. Setidaknya itulah yang dialami mantan wartawan TVOne, Grace Natalie Louisa. Beberapa kali, perempuan berusia 30 tahun ini diberikan informasi palsu oleh Densus 88. "Kalau dibohongi begitu, harus kroscek dengan anggota Densus yang lain," kata Grace kepada Tempo, Jumat, 8 Maret 2013.
Grace bercerita soal penggerebekan Noordin M. Top di Solo pada September 2009. Berbeda dengan peringkusan terduga teroris Ibrahim di Temanggung, Jawa Tengah, operasi kali ini terbilang tertutup dari media massa. Wartawan hanya bisa mengambil berita setelah operasi berakhir. Grace yang mendapatkan peliputan esklusif di Temanggung pun harus mengontak berbagai sumber anggota Densus 88, untuk merangkai kronologi penggerebekan Noordin.
Dari seorang anggota Densus 88, Grace mendapatkan informasi bahwa Noordin tewas dalam keadaan tanpa pakaian. "Katanya Noordin hanya pakai celana dalam, karena dia mau tidur malam dan tiba-tiba digerebek," cerita Grace.
Dalam pelaporan kronologis peringkusan, TVOne menuntut Grace untuk memberitakan pelbagai hal secara detail. Termasuk kabar celana dalam Noordin, bila itu benar. "Saya memang mau keluarkan informasi Noordin bercelana dalam, tapi lupa karena terlalu banyak bahan." dan kini Grace merasa lega tak memberitakannya. Sebab informasi itu bohong belaka. "Ternyata Noordin masih berpakaian lengkap," ujarnya.
Agar terhindar dari informasi palsu, Grace harus memiliki beberapa sumber di Densus 88. Ia tak dapat mengandalkan satu informan saja sehingga dapat melakukan konfirmasi keterangan. Dan menurut dia, hal itu bukanlah perkara mudah. "Sudah sumbernya sedikit, enggak banyak juga yang mau ngomong," kata dia.
CORNILA DESYANA
Berita lainnya:
Mancini Isyaratkan Bakal Jual Dzeko
Roy Suryo Dukung Jokowi Bongkar Lebak Bulus
Densus 88 Dilatih CIA dan FBI
Mau Jadi Personel Densus 88, Inilah Kualifikasinya
Cantona Sebut Beckham Pemain Juara