TEMPO.CO, Jakarta - Social messaging kian marak di Indonesia. Beberapa platform yang digemari antara lain Lina, WeChat, Line, dan KakaoTalk. Social messaging bisa dibilang sebagai kelanjutan dari social media, seperti Facebook dan Twitter.
Bedanya, social messaging lebih interaktif, mobile, dan real time. Itulah yang membuatnya cepat diterima. Apalagi, kata Diah Kesuma, orang Indonesia paling doyan mengobrol dan merumpi lewat media apa pun.
Berikut ini pendapat Diah sebagai pengamat media sosial tentang perkembangan social messaging kepada Erwin Zachri dari Tempo.
*****
Seberapa potensial social messaging di Indonesia?
Menurut saya, sangat potensial. Sebelumnya, pernah ada social messaging, seperti Yahoo! Messenger dan mIRC. Keduanya sangat berkembang di sini. Bahkan yang bukan untuk messaging, seperti Twitter, juga laku.
Twitter awalnya dibuat untuk berbagi informasi dari berbagai tautan berita yang ada, lalu dilemparkan ke Twitter. Tapi orang Indonesia lantas memakainya sebagai alat komunikasi.
Itu khas Indonesia?
Itu khas Indonesia, karena orang kita sangat suka berkomunikasi.
Bagaimana dengan di luar negeri?
Tidak begitu. Sewaktu saya di Inggris, banyak yang kaget karena saya memakai Twitter sebagai alat komunikasi dengan teman. Twitter itu kan untuk melempar informasi, seperti Toa-lah. Makanya disebut micro-blogging karena merupakan kependekan dari blog sebenarnya. BlackBerry Messenger pun ngetop-nya hanya di Indonesia, di luar tidak terlalu.
Anda melihatnya kenapa?
Karena orang Indonesia suka ngobrol dan menggunakan semua alat yang memungkinkan untuk ngobrol. Apalagi sekarang ada social messaging. Dan social messaging melihat peluang itu. Orang Indonesia suka ngobrol, apalagi perempuannya.
Apa beda social messaging sekarang dengan sebelumnya?
Menurut saya, yang sekarang jadi dibikin khusus untuk ngobrol. Kemasannya pun lebih bagus. Dulu mIRC cuma teks, meski ada script yang bisa jadi bunga. Dan sekarang lebih mudah.
Ada diferensiasi di antara social messaging?
Saya melihat bedanya dari fitur. Mungkin ada yang punya unggulan untuk diberikan kepada penggunanya. Line, contohnya, dengan emoticon. WeChat dengan kemudahannya. Tapi pada dasarnya sama saja.
Anda memakai social messaging?
Ya, Line. Karena dia duluan. Itu keuntungannya dia. Tapi tergantung apakah yang lain sudah banyak yang pakai. Orang Indonesia itu rasa kekeluargaannya tinggi, sehingga tekanan untuk menggunakannya juga tinggi.
Adakah kekhususan wanita saat ber-social messaging?
Ketika perempuan chatting atau mengungkapkan dengan tulisan, mereka lebih banyak menggunakan emoticon daripada laki-laki. Tapi bisa jadi, ketika Line pertama keluar, laki-laki juga banyak yang pakai emoticon. Alasannya hanya karena lucu.
Komposisi antara perempuan dan laki-laki di social messaging?
Saya belum cek. Tapi saya cukup yakin perempuan lebih banyak. Sebab, laki-laki lebih suka pesan singkat.
Anda ber-social messaging untuk mendukung bisnis?
Buat sinkronisasi, sih, sebenarnya. Karena sekarang lagi ngetop ngantor di rumah. Butuh sesuatu lebih cepat selain e-mail. Kalau telepon harus meluangkan waktu tertentu, sedangkan messaging tidak. Selain itu, dia multitasking, jadi bisa dilakukan sambil meeting atau membalas e-mail.