TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut mengirim kapal perang KRI Diponegoro ke Lebanon, Senin, 11 Maret 2013. Pengiriman kapal bernomor lambung 365 itu adalah bagian dari operasi UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon). "Penugasan misi perdamaian dunia bukan tugas biasa, melainkan tugas multi kompleks, yang bertujuan memelihara perdamaian dari konflik," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam siaran persnya, Senin, 11 Maret 2013.
KRI Diponegoro-365 juga diperkuat Satuan Tugas MTF TNI Konga XXVIII-E/UNIFIL berjumlah 100 prajurit TNI AL yang dipimpin Letnan Kolonel Laut (P) Hersan. Mereka akan bertugas selama 6 bulan di Lebanon hingga September mendatang.
Satgas ini merupakan satuan tugas kelima yang pernah ditugaskan TNI ke Lebanon. Sebelumnya, TNI AL menugaskan KRI Sultan Hasanuddin-366, KRI Sultan Iskandar Muda-367, KRI Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365 dalam misi yang sama.
KRI-365 merupakan salah satu kapal terbaru yang dimiliki TNI AL, berjenis korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) buatan Belanda. Di jajaran Alutsista TNI AL, KRI Diponegoro ini masuk dalam Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkorarmatim).
Kapal ini memiliki berat 1.700 ton, panjang 90,71 m, serta lebar 13,2 m. Kecepatan kapal 28 knots dengan tenaga penggerak Diesel STC MAN, dilengkapi senjata Main Gun 76 mm Rudal Self Defence Tetral, Rudal anti Kapal Excocet MM 40 blok 2, torpedo 3 A 244S Mode II/MU dan satu Helikopter jenis Bolcow BO-105.
Panglima Agus mengatakan keberangkatan pasukan perdamaian ini merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan diplomasi Indonesia. “Dalam rangka meningkatkan kepercayaan dunia, mengangkat citra, serta kredibilitas bangsa dan negara di forum internasional,” kata dia.
TRI SUHARMAN
Berita Populer:
Begini Cara Jokowi Lepaskan Diri dari Hercules
Hercules Ditangkap, Premanisme Masih Tinggi
Rustriningsih Ditolak PDIP Karena Tak Santun Berpolitik
Wawancarai Aher, Sejumlah Wartawan Dipukul Petugas
Nama Anas Terseret dalam Kasus Simulator
Polda: Kartu Intelijen di Mobil Hercules Palsu