TEMPO.CO, Jakarta - Makan di pinggir jalan dengan riuh kendaraan dan lalu lalang orang, banyak yang berpikir hanya dilakukan oleh tipikal orang Asia. Tapi menurut pakar kuliner, Bondan Winarno, anggapan itu salah. "Di New York, orang turun dari subway atau bus, mudah sekali ditemukan food truck di pinggir jalan," kata Bondan, Kamis, 14 Maret 2013.
Tiap negara, Bondan menambahkan, memiliki jajanan khas kaki lima. Seperti New York dengan hot dog, pretzel, hingga sosis. "Kini bahkan berkembang menjadi food truck khusus muslim serta halal di Amerika," ujar Bondan. Semua itu menjadi budaya masyarakat setempat. "Ini tidak dilebih-lebihkan, tapi memang begitu faktanya."
Di Indonesia sangat mudah menemukan pedagang makanan kaki lima pada tiap ujung jalan. Sayangnya, pedagang penggerak ekonomi ini kurang mendapat perhatian pemerintah. Seperti belum adanya data statistik lengkap tentang pedagang kaki lima. "Ini menunjukkan perhatian pemerintah yang masih kurang," kata dia.
Bondan mengatakan, sekitar 85 persen makanan di dunia tersedia di jalanan. Khusus di Indonesia saja, ada lebih dari 50 persen pedagang kecil menjual makanan. Pada saat ini diperkirakan ada 45 juta pedagang kecil. Dengan angka estimasi 20 juta pedagang saja, sudah dapat menggerakkan putaran ekonomi dari hulu ke hilir.
"Misal untuk kebutuhan bawang, kebutuhan kentang, itu berapa yang diserap para pedagang kaki lima ini," kata dia.
Karena perhatian pemerintah masih sedikit, permasalahan utama para pedagang kaki lima Indonesia adalah soal kebersihan. Untuk orang Indonesia, yang sedari kecil sudah terbiasa, kebersihan tak terlalu menjadi masalah. Namun, ini menjadi sandungan untuk menarik wisatawan.
"Kita ini perutnya sudah biasa jorok, jadi makan apa saja tidak sakit," ujar Bondan berseloroh. "Tapi dengan lemahnya pengetahuan, proses makanan kaki lima Indonesia untuk naik kelas akan sangat lama."
Lalu apa sebenarnya yang disebut makanan kaki lima atau street food? Istilah ini ternyata agak menyaru dengan ungkapan comfort food. Bondan menuturkan comfort food, makanan yang mudah diperoleh dan ketika disajikan akan membuat nyaman si penikmatnya. Contohnya, soto atau bubur ayam.
Adapun street food, secara definisi jelas masakan yang dijajakan di pinggir jalan. "Dua-duanya memiliki kesamaan, disajikan cepat, dan memberikan kepuasan terhadap rasa lapar," ujar pemilik jejaring Kopitiam Oey ini.
DIANING SARI
Berita Terpopuler:
Tiga Wacana Jokowi Jadi Presiden
Menteri Kesehatan Kritik Kartu Jakarta Sehat
Dituding Terima 4 M, Saan: Membayangkan Saja Tidak
Sisi Kelam Paus Fransiskus Bergoglio
Venna Melinda Tegur Anggota DPR Yang Merokok