TEMPO.CO , Jakarta:Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, menyebut sejumlah kota yang berjuang mengurangi kemacetan lalu lintasnya dengan menerapkan sistem pelat ganjil-genap. Hasilnya, ada yang sukes, ada pula yang gagal.
Menurut Djoko, negara yang berhasil menerapkan ganjil-genap adalah Beijing dan Guangzhou di Cina, serta Bogota di Kolombia. Sedangkan yang gagal adalah Athena di Yunani, Kota Meksiko di Meksiko, dan Solo di Jawa Tengah.
Kota yang sukses, menurut Djoko, karena persiapannya sudah matang. Di Beijing, pemerintahnya sudah menyiapkan transportasi publik yang bagus. "Mereka bikin bagus semua alat transportasi, dari jalur sepeda, bus, sampai KRL, juga jalur pedestrian," kata Djoko dalam Diskusi Nasib Sistem Ganjil-Genap di Markas Polda Metro Jaya, Jumat 15 Maret 2013.
Perbaikan itu mulai dilakukan sejak Beijing terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade 2008. Dalam menyiapkan penerapan ganjil-genap, dia menambahkan, Beijing dan Guangzhou mengkaji perilaku masyarakatnya secara mendalam. "Mereka tidak hanya turunkan ahli transportasi, tapi juga antropolog untuk melihat perilaku masyarakat, siap atau tidak."
Adapun kota-kota yang gagal menerapkan ganjil-genap, kata Djoko, karena belum siap. “Mereka belum siap," ujar Djoko. Dia mengacu pada Athena dan Meksiko. "Mereka tidak punya alternatif transportasi lain."
Begitu pula di Solo yang gagal. Itu sebabnya, Djoko bertanya-tanya melihat rencana Gubernur DKI, Joko Widodo akan menerapkan ganjil-genap. Sebab, ketika Jokowi menjadi wali kota Solo, kota itu gagal menerapkan aturan tersebut. "Sekarang, di sana pemerintahnya menggalakkan angkutan massal," ujar Djoko.
Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya berencana membatasi kendaraan dengan sistem ganjil-genap untuk mengurangi kemacetan. Peraturan yang semula akan berlaku Maret lalu, diundur hingga Juni 2013.
Nantinya, kendaraan dengan nomor terakhir ganjil, misal 1, 3, 5, 7, 9, akan mendapat stiker berwarna hijau. Sedangkan nomor terakhir genap, misal 0, 2, 4, 6, 8, akan mendapat stiker berwarna merah.
ATMI PERTIWI