TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) tahun ini kembali memberi hibah penelitian dan penghargaan kepada para peneliti dan pelaku pendidikan di bidang sains dan teknologi. Sebanyak 18 peneliti memperoleh hibah penelitian, sementara 10 guru dan pengajar diberikan penghargaan sains dan teknologi.
Ketua ITSF Profesor Soefjan Tsauri mengatakan para peneliti akan mendapatkan dana hibah penelitian dengan total Rp 700 juta. Masing-masing peneliti memperoleh dana yang jumlahnya bervariasi, sekitar Rp 32-42 juta.
Ke-18 peneliti itu antara lain dari ITB, LIPI, Universitas Jember, IPB, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, ITS, UGM, UI, BPPT, Universitas Katolik Widya Mandala, dan Institut Riset dan Pengembangan Biomedis Papua. Seluruhnya disaring dari 141 proposal penelitian. Sebanyak 121 proposal berasal dari universitas dan 20 proposal dari lembaga riset.
"Jumlah proposal yang kami terima turun 40 persen dibanding tahun lalu. Tapi proposal tahun ini semakin baik kualitasnya," kata Soefjan dalam sambutannya di acara pengumuman penghargaan ITSF ke-19 di Hotel Sangrila, Senin, 18 Maret 2013.
Hibah penelitian (Science and Technology Grant) diberikan kepada para peneliti muda yang penelitiannya dinilai mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa mendatang.
ITSF juga memberikan Science Education Award kepada 10 guru sekolah menengah atas dari beberapa daerah di Indonesia. Para pengajar dinilai berhasil mengembangkan metode yang inovatif atau menciptakan peralatan kreatif untuk mempermudah pembelajaran fisika, kimia, dan biologi bagi para siswa mereka.
Kesepuluh guru tersebut berasal dari SMAN 6 Jambi, SMAN Rambang Kuang, SMAN 3 Bandung, SMA Kristen Pontianak, SMAN 6 Berau, SMAN 2 Ternate, SMAN Mojogedang, SMAN 3 Cilacap, MA Tarbiyatul Banin Banat Tuban, dan SMAN 1 Sewon Bantul. Masing-masing guru, yang diseleksi dari 90 kandidat, berhak atas hadiah sebesar Rp 25 juta.
Sayangnya, penghargaan sains dan teknologi (Science and Technology Award) tahun ini tanpa pemenang. Dari 13 proposal penelitian--sembilan proposal dari universitas dan empat dari lembaga riset--yang masuk ke komite seleksi, tidak ada satu pun yang memenuhi kriteria, antara lain berapa kali dimuat di jurnal ilmiah internasional, kualitas jurnal yang memuat, dan terobosan baru dalam metode yang digunakan.
Dr. Ingrid S. Surono, M.Sc., pemenang penghargaan tahun lalu, agak menyayangkan tidak adanya pemenang untuk tahun ini. "Tampaknya tidak ada yang memenuhi standar minimal penilaian komite seleksi," ujarnya saat dimintai komentar. Ingrid ikut menghadiri acara seremoni pemberian penghargaan hari ini.
Pakar probiotik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menyabet penghargaan lewat penelitiannya yang berjudul Probiotik untuk Kesehatan Manusia. Ia memanfaatkan Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526, dua strain bakteri yang diisolasi dari dadih, makanan tradisional penduduk Sumatera Barat dari hasil fermentasi susu kerbau. Ingrid menemukan kedua strain bakteri mampu meningkatkan respons imun tubuh anak-anak jika dikonsumsi dalam jumlah yang memadai.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Baca juga
EDISI KHUSUS: Hercules dan Premanisme
Kontroversi Densus
KPK Sita Aset Djoko Susilo di Bali
Populer di Survei Cawapres, Ini Kata Jokowi
Golkar Belum Mau Lirik Jokowi Sebagai Cawapres
Kecil Kemungkinan Jokowi Nyapres Lewat PDIP