TEMPO.CO, Jakarta - Nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo selalu disebut-sebut menjadi calon terkuat dalam bursa pemilihan presiden-wakil presiden 2014. Dia menjadi calon wakil presiden terpopuler pilihan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) disandingkan dengan Aburizal Bakrie. (Baca: Kenapa Jokowi Unggul di Bursa Pencalonan Wapres)
Jokowi pun tidak ingin ambil pusing ketika ditanyai hal tersebut. Dia hanya ingin fokus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Ibu Kota. "Saya mau ngurus macet, banjir, rumah susun, kampung deret, Marunda, Sunter, Muara Baru, Pluit, Ciliwung, Pesanggrahan, Angke. Saya enggak mau mikir ke situ (pemilihan wakil presiden)," kata Jokowi seusai diskusi wirausaha bersama Chairul Tandjung di gedung SMESCO, Jakarta, Ahad, 17 Maret 2013.
Dia malah lebih antusias berbicara soal diskusi wirausaha ketimbang membahas elektabilitasnya yang tinggi sebagai calon pemimpin negara pada 2014 mendatang. "Melihat antusias tadi, kepengin banget membangun sebuah pola seperti teknologi technopark. Pokoknya jangan tanya itu dulu," katanya. "Saya enggak mau mikir. Saya enggak mikir, polling, elektabilitas," Jokowi menegaskan.
Jika dicalonkan partainya, PDI Perjuangan, apakah Jokowi akan maju sebagai calon presiden atau wakil presiden? Jawaban yang sama pun datang dari mulutnya. "Saya enggak mau mikir. Saya mau mikir Marunda, Ciliwung, Pesanggrahan," katanya.
LSI memperkirakan Aburizal Bakrie (Ical) dan Joko Widodo (Jokowi) akan menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden terkuat. Kedua nama itu mengungguli pasangan Megawati Soekarnoputri-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Ical-Jokowi berada di posisi atas dengan elektabilitas 36 persen. Posisi itu disusul Megawati-Jusuf Kalla sebanyak 22,9 persen, kemudian Prabowo-Hatta 10,1 persen. Survei dilaksanakan pada 1-8 Maret 2013 dengan metode multistage random sampling. Jumlah responden 1.200 orang yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner.
SUTJI DECILYA
Berita Lainnya:
La Nyalla Jadi Wakil Ketua Umum PSSI
Ahli Hukum Klaim Indonesia Perlu Pasal Santet
Kericuhan Warnai Kongres Luar Biasa PSSI
Polisi Tangkap Dua Perusak Kantor Tempo
Dilarang Tanding Seumur Hidup karena Salut Nazi