TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Dewan Transportasi Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan, meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk lebih fokus ke masalah MRT saat ini, ketimbang monorel. Ia menilai proyek MRT lebih memiliki nilai.
"Proyek MRT itu feasible, lebih feasible dibandingkan monorel," ujar Tigor saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Maret 2013.
Tigor mengatakan ada beberapa alasan kenapa proyek MRT lebih feasible untuk saat ini. Pertama, pendanaan sudah jelas. Sudah ada gambaran untuk komposisi pendanaan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat telah memutuskan akan menanggung 49 persen biaya investasi dan 51 persen sisanya ditanggung Pemprov DKI. Pihak pendonor, Japan International Cooperation Agency (JICA), juga tidak keberatan dengan komposisi investasi tersebut.
Sejauh ini, JICA menyetujui pinjaman dana sebesar Rp 15 triliun untuk proyek MRT. Adapun itu untuk ruas Depok-Lebak Bulus sampai Sisingamangaraja dengan konsep jalan layang (luas 9,8 kilometer), dan ruas Senayan-Bundaran Hotel Indonesia (HI) dibangun di bawah tanah dengan luas 5,9 kilometer.
Selain pendanaan yang sudah jelas, rute dari proyek MRT pun lebih memungkinkan, ujar Tigor, karena bisa ditentukan apakah bawah tanah ataupun layang. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian apakah rutenya merupakan kombinasi layang dan bawah tanah atau bawah tanah sepenuhnya.
"Kalau monorel, itu masih terkendala masalah administrasi. Investornya juga belum jelas, rute juga tak feasible, sengketa juga belum beres. Proyek monorel kan sampai ditinggal Adhi Karya," Tigor menegaskan.
Tigor menambahkan, karena proyek MRT lebih feasible, sudah seharusnya Jokowi mengambil langkah cepat dalam proyek tersebut. Jangan tidak fokus dan tak tegas karena proyek itu bisa terkatung-katung.
Jokowi, kata Tigor, memiliki kuasa penuh di proyek MRT, terlebih kepada PT MRT. Jadi, jika Jokowi ingin proyek MRT berjalan cepat, tentu ia bisa melakukannya.
Perihal protes dari warga soal jalur MRT, Tigor meminta Jokowi untuk tidak lupa akan hal itu. Ia meminta Jokowi terus melakukan public hearing agar moda transportasi yang tersedia bisa memenuhi keinginan warga.
Selama ini, Jokowi sering memberi sinyal akan segera mengeksekusi pembangunan MRT. Antusiasme Jokowi kepada MRT didasari keyakinan bahwa MRT akan populer dan digunakan masyarakat Ibu Kota. Sebagai pemikatnya, ia meminta tarif MRT sama dengan negara lain, misalnya Singapura, yang mematok tarif 1 dolar Singapura per orang.
Sayangnya, saat ini proyek MRT tengah kena hambatan. Dua dari tiga direksinya habis masa jabatan. Jokowi didesak segera melakukan RUPS agar keputusan final bisa dibuat April esok. Jokowi sejauh ini mengatakan masih sibuk, namun menyanggupi pelaksanaan RUPS dalam waktu dekat. Simak berbagai gebrakan Jokowi di sini.
ISTMAN MP
Baca juga:
EDISI KHUSUS Hercules dan Premanisme
Polisi: Penyerangan Tempo Tak Terkait Pemberitaan
Pelaku Penyerangan Diduga Warga Sekitar
Tiga Penyerang Kantor Tempo Diketahui
Ini Kronologi Penyerangan Kantor Tempo
Topik Terhangat:
Paus Fransiskus || Hercules Rozario || Simulator SIM Seret DPR || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas ||