TEMPO.CO, Temanggung - Kuda lumping dari Kabupaten Temanggung Jawa Tengah dipilih oleh PBB sebagai sarana untuk menjaga perdamaian dunia. Kuda lumping Temanggung secara khusus dibawa ke Sudan untuk menghibur masyarakat dan tentara yang ada di sana.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung, Bekti Prijono mengatakan instansinya diminta untuk mengirimkan 18 unit perlengkapan kuda lumping beserta satu unit gamelan ke Sudan. Hal ini bermula ketika seorang warga Temanggung, Suroyo, terpilih sebagai anggota kontingen perdamaian PBB untuk Kongo dan Sudan. Di dua negara tersebut, ia mengenalkan kesenian tersebut di depan para tentara.
“Waktu itu ada empat kesenian dari Indonesia yang dikenalkan di antaranya Tari Saman dan Reog Ponorogo. Ternyata kuda lumping jadi favorit di Sudan. Kuda lumping menghibur dan mengakrabkan tentara dan masyarakat disana,” kata Bekti.
Ia mengatakan selama enam bulan kuda lumping Temanggung diminta untuk beratraksi. Kuda lumping dan kostumnya pun harus yang berkualitas bagus. Sedangkan penarinya berasal dari tentara Indonesia yang sudah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
Menurut Bekti Prijono kuda lumping dari Temanggung memang memiliki ciri khas tersendiri. Kuda lumping Temanggung memiliki dua tema khusus ketika beratraksi yakni mengangkat pahlawan berkuda dan perilaku berkuda. Selain temanya khusus, kostum pemain juga lebih garang ketimbang kuda lumping dari daerah lainnya. Jatilan Temanggung dimainkan maksimal 10 penari yang diiringi satu unit gamelan.
Bekti Prijono turut bangga kuda lumping asal Temanggung bisa digunakan sebagai sarana perdamaian. Menurut dia, ini baru pertama kali terjadi dengan kata lain kuda lumping Temanggung go international. Ia menceritakan bahwa kuda lumping Temanggung memang sudah memasyarakat namun belum banyak dikenal masyarakat luas.
Bekti menyatakan akan mengadakan festival kuda lumping untuk menguatkannya sebagai ikon Kabupaten Temanggung. Ia yakin festival ini akan banyak mendapat respon besar. Di sana, ada setidaknya seribu kelompok jatilan.
OLIVIA LEWI PRAMESTI
