TEMPO.CO, Banyuwangi - Ratusan warga penghuni 11 area lokalisasi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berunjuk rasa ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat. Mereka menuntut pemerintah Banyuwangi menghentikan penutupan lokalisasi yang digencarkan sejak 2012 lalu.
Aksi tersebut merupakan ketiga kalinya. Penghuni lokalisasi yang terdiri dari para pekerja seks komersial dan mucikari membawa bendera merah putih dan berbagai poster bertuliskan: "Kalau Lokalisasi Ditutup, Kami Makan Apa?" kata Siti Aminah, salah satu PSK, Rabu, 20 Maret 2013.
Siti mengatakan dirinya dan seluruh pelacur lokalisasi sudah tak bekerja sejak Oktober 2012 setelah tempat mereka bekerja ditutup Satuan Polisi Pamong Praja. Menurut Siti, pemerintah Banyuwangi berjanji akan memberikan modal usaha bagi para pelacur. Namun, hingga Maret tahun ini, bantuan yang dijanjikan tak pernah kunjung cair. "Jangan anggap kami seperti sampah," katanya.
Kordinator aksi, Endras Puji, mendesak pemerintah Banyuwangi meninjau kembali kebijakan menutup lokalisasi. Menurut dia, penutupan lokalisasi akan berdampak serius pada meluasnya penyebaran HIV/AIDS. "Di lokalisasi, kesehatan pelacur terus dipantau," katanya.
Menurut dia, penutupan lokalisasi tersebut belum dibarengi dengan jalan keluar seperti memberikan lapangan kerja aternatif bagi pelacur.
Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Ruliyono berjanji akan menindalanjuti aspirasi massa dengan pemerintah Banyuwangi. Pada Senin, 25 Maret 2013, kata dia, DPRD akan memfasilitasi rapat dengar pendapat antara perwakilan massa dengan pemerintah.
IKA NINGTYAS
Berita terpopuler
Ini Orang-orang Kepercayaan Djoko Susilo
Kisah Jenderal Djoko dan Kebun Binatang
Data Kartu Kredit Ini Dicuri untuk Belanja di AS
Ada Mayat Terikat dengan Mulut Dilakban di Bandara
Soal Malvinas, Argentina Minta Intervensi Paus
Cabut Bulu 'Brazilian Wax' Berisiko Infeksi Virus
Mobil Bertenaga Kopi Pecahkan Rekor Dunia