TEMPO.CO, Riyad - Otoritas Arab Saudi menahan 18 orang yang diduga terlibat dalam aksi mata-mata, termasuk di antara mereka satu orang warga Iran dan Libanon. Menurut Menteri Dalam Negeri, mata-mata itu bergerak demi kepentingan asing dan ditangkap di empat daerah terpisah di wilayah Kerajaan.
Saudi Press Agency dalam laporannya menyebutkan para tersangka itu ditangkap di Mekah, Madinah, Riyadh, dan provinsi sebelah timur yang dihuni oleh mayoritas kaum Syiah.
"Mereka terdiri atas 16 warga Arab Saudi, satu orang Iran, dan satu lagi asal Libanon. Mereka melakukan simulasi mata-mata di empat wilayah, termasuk di Riyadh dan Mekah," kata Menteri dalam pernyataannya, Selasa, 19 Maret 2013.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Mansour al-Turki, mengatakan dalam sebuah pernyataan di televisi, keempat mata-mata tersebut ditahan empat hari lalu. Sekarang mereka sedang dalam proses penyelidikan untuk selanjutnya diserahkan ke otoritas pengadilan.
"Ini adalah kasus spionase demi kepentingan negara asing," kata Turki di televisi pemerintah. "Mereka mengumpulkan informasi seputar instalasi dan area vital negara, juga menyediakan agen intelijen," dia menjelaskan.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya, jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, mengatakan hampir semua yang ditahan berasal dari satu aliran. "Mereka menjadi mata-mata untuk Republik Islam Iran."
Kabar penahanan sejumlah orang yang dituduh mata-mata dibenarkan oleh sejumlah aktivis. Menurut mereka pada Selasa, beberapa yang ditahan adalah warga Syiah, termasuk dua ulama. Namun, penahanan kedua ulama itu tak dijelaskan alasannya.
Sejak awal 2011, kota-kota utama yang didiami warga Syiah di sebelah timur provinsi kerap dilanda demonstrasi sporadis dan konfortasi antara polisi dan warga Syiah yang mengaku dipinggirkan. Di Arab Saudi terdapat sekitar dua juta warga Syiah, sedangkan kaum Sunni yang mendominasi negara kerajaan itu jumlahnya mencapai 27,5 juta.
AL JAZEERAH | AL ARABIYA | CHOIRUL