TEMPO.CO, Jakarta - Rencana PT KAI menarik kereta rel listrik (KRL) ekonomi non-AC di Jabotabek dinilai pengamat perlu mempertimbangkan para penumpang. Pengamat kereta api dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Aditya Dwi Laksana, mengatakan, penarikan kereta non-AC secara tidak langsung akan berdampak pada ongkos yang bakal dikeluarkan oleh penumpangnya.
“Rata-rata KRL ekonomi AC kan sekarang Rp 7.000 sampai Rp 8.000,” kata Aditya, Kamis, 21 Maret 2013.
Ia menilai, subsidi pemerintah bisa dilakukan dengan cara menambah dana public service obligation (PSO) yang sudah ada. Menurut Aditya, selama ini dana PSO suka terlambat cair dan tidak 100 persen mampu diserap. Hasilnya, PT KAI kerap menalangi biaya operasional kereta kelas ekonomi.
Alternatif lainnya, kata dia, adalah dengan menaikkan tarif kelas ekonomi non-AC. Namun hal ini sulit terwujud, mengingat dari sisi armada, kereta ekonomi non-AC sudah tidak layak. Dari sisi harga pun, sebesar Rp 2.000, dinilai terlalu murah dibandingkan dengan armada darat lainnya. “Padahal, dari sisi jarak tempuh, jangkauan kereta cukup jauh untuk armada Jabodetabek,” kata Aditya.
Rencana penarikan kereta ekonomi non-AC, menurut Aditya, patut disambut. Mengingat kondisi kereta ekonomi non-AC sudah tidak layak dari sisi keselamatan maupun kenyamanan. Namun, beraneka ragamnya pengguna kereta api disebut-sebut menjadi penyebab kereta tersebut dipertahankan. “Kalau di luar negeri, kereta sudah single class. Semua sudah memakai AC,” ujarnya.
Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia menyatakan sudah mulai menarik kereta rel listrik (KRL) ekonomi non-AC di Jabotabek, seperti di Tangerang. Menurut Kepala Humas KAI, Mateta Rijalulhaq, KA ekonomi yang sekarang masih beroperasi sudah tidak andal lagi. Kereta buatan tahun 1974 itu sudah berlubang di mana-mana dan suku cadangnya sudah tidak ada. Ia berharap, penarikan seluruh KRL non-AC selesai dilakukan pada Juni, seiring penerapan tiket elektronik oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) serta sterilisasi stasiun.
ADITYA BUDIMAN
Berita Lainnya:
Szczesny Akui Boruc Tampil Lebih Baik
Uang Sewa Rusun Tambora yang Baru Belum Ditentukan
Politik Nyamuk Calon Wali Kota Kediri
Setneg Kebakaran, Jokowi Minta Tolong PLN
Dokumen Rahasia Mao Zedong Terjual di AS