TEMPO.CO, Riyad - Sejumlah pemimpin komunitas Syiah di Arab Saudi meneken sebuah pernyataan berisi kutukan terhadap penahanan 16 orang Syiah yang dituduh menjadi mata-mata oleh Kerajaan.
Pernyataan tersebut sengaja disampaikan demi kepentingan reformasi politik di Arab Saudi serta untuk mengakhiri apa yang disebut dengan kebijaksanaan permainan kartu sektarian.
Beberapa hari lalu, Menteri Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa otoritas telah menahan sejumlah orang yang memberikan informasi seputar instalasi dan kawasan vital kepada negara lain.
Kerajaan, ujar Menteri, mendakwa mereka terlibat dalam jaringan mata-mata. Namun, Kerajaan tidak menyebutkan nama negara dimaksud. Meskipun demikian, secara luas negara tersebut diasumsikan adalah Iran.
Arab Saudi yang mayoritas berpenduduk penganut Sunni berkali-kali berseberangan dengan Iran, sebuah negara yang penduduknya sebagian besar berpaham Syiah. Ketegangan kedua negara meningkat tahun lalu ketika Arab Saudi mengerahkan pasukannya ke Kepulauan Kerajaan Bahrain guna membantu perlawanan kaum Syiah di sana.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Kerajaan Arab Saudi menahan 18 orang yang diduga sebagai mata-mata asing. Mereka berasal dari Iran dan Libanon. Saudi Press Agency dalam laporannya menyebutkan para tersangka itu ditangkap di Mekah, Madinah, Riyadh, dan provinsi sebelah timur yang dihuni oleh mayoritas kaum Syiah.
"Mereka terdiri atas 16 warga Arab Saudi, satu orang Iran, dan satu lagi asal Libanon. Mereka melakukan simulasi mata-mata di empat wilayah, termasuk di Riyadh dan Mekah," kata Menteri dalam pernyataannya, Selasa, 19 Maret 2013.
BBC | AL JAZEERAH | AL ARABIYAH | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Buyung dan Rizal Ramli Ikut Minta SBY Turun
Pembocor Data Pajak SBY Sudah Terungkap
Aksi 25 Maret Bukan Kudeta, tapi...
Ahmadinejad Nyaris Tertembak Pengawal Presiden AS
Partai Islam Merapat ke Soetrisno Bachir