TEMPO.CO, Tel Aviv -Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu akhirnya menyatakan permintaan maaf pada Turki atas insiden penyerbuan kapal Mavi Marmara yang terjadi pada 2010 lalu. Dia juga menyatakan akan memberikan kompensasi pada keluarga korban.
Permintaan maaf Israel diungkapkan Netanyahu dalam pembicaraan melalui sambungan telepon pada Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat, 22 Maret 2013. Kedua negara setuju untuk melakukan normalisasi hubungan, termasuk menempatkan kembali duta besar masing-masing, serta membatalkan proses hukum atas serdadu Israel.
Penyerbuan atas armada Mavi Marmara terjadi pada 31 Mai 2010. Mavi Marmara adalah armada kemanusiaan untuk memberi bantuan pada penduduk Gaza, Palestina. Kapal ini diisi oleh berbagai aktivis kemanusiaan dari berbagai negara. Namun, iring-iringan yang terdiri dari enam kapal ini diserbu pasukan komando Israel sebelum sampai di Gaza.
Dalam insiden itu, sembilan warga Turki meninggal dunia. Peristiwa itu memicu kecaman internasional dan memperburuk hubungan diplomatik antara Israel dan Turki. Penyelidikan atas insiden ini menyatakan bahwa Israel melanggar hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional.
Penyelidikan, yang kemudian didukung oleh Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa, ini "Menemukan bahwa diitemukan bukti yang jelas untuk mendukung penuntutan atas tindakan kejahatan Israel, termasuk pembunuhan disengaja, penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, serta sengaja menyebabkan penderitaan besar atau cedera serius pada tubuh atau kesehatan."
"Perdana Menteri Netanyahu minta maaf pada bangsa Turki atas setiap kesalahan yang menyebabkan kehilangan jiwa dan setuju untuk memberikan kompensasi," kata seorang sumber sebagaimana dilansir dari situs Aljazeera, Jumat, 22 Maret 2013.
Israel telah melakukan blokade pada Jalur Gaza sejak Juni 2007. Ini dilakukan setelah Hamas mengambil kontrol atas wilayah tersebut s. Meskipun belakangan ini blokade Israel telah mereda, namun penduduk Gaza memiliki kebebasan bergerak yang sangat terbatas, apalagi Israel masih memberlakukan blokade Gaza dari jalur laut.
ALJAZEERA I AMIRULLAH