TEMPO.CO, Manado - Minuman keras khas Sulawesi Utara berkadar alkohol cukup tinggi, Cap Tikus, bakal menjadi oleh-oleh wisata Kota Manado. Sebab minuman keras ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi turis yang datang ke Manado. Kerap kali mereka ingin merasakan minuman hasil sulingan pohon aren ini.
Kata Walikota Manado GS Vicky Lumentut, ide oleh-oleh Cap Tikus didapat ketika berkunjung ke Jepang. Di sana ia menerima jamuan berupa sake yang memang hanya diperuntukan bagi turis. "Nanti kemasannya buat kecil-kecil, khas souvenir sebuah daerah," kata Lumentut, Ahad, 24 Maret 2013.
Keberadaan souvenir Cap Tikus diharapkan dapat meningkatkan nilai jual wisata Kota Manado. Juga meninggikan harga ekonomis minuman keras itu, sehingga tak lagi dijual bebas dengan harga murah ke masyarakat. "Selain berefek positif terhadap pendapatan penduduk, bisa juga menekan angka pemabuk di Manado."
Berdasarkan data kepolisian, kebanyakan kasus kriminalitas di Manado berawal dari minuman keras. Meski Kepolisian Daerah Sulawesi Utara sudah menjalankan program Brenti Jo Bagate, tingkat pemabuk tak turun drastis.
"Nah, kalau minuman keras dijual dengan harga tinggi dalam bentuk souvenir, saya rasa penjual akan beralih," kata Lumentut. "Mereka tidak lagi menjual bebas dan murah ke masyarakat biasa."
Cap Tikus merupakan minuman keras asal air pohon nira aren. Sebelum siap ditenggak, cairan ini terlebih dulu melalui sejumlah tahapan penyulingan. Semakin lama proses penyulingan yang dilakukan, kadar alkohol Cap Tikus makin tinggi. Saat ini Cap Tikus dijual bebas oleh para petani dan padagang dengan harga Rp 15 ribu per kemasan, ukuran botol air mineral. Baca berita wisata lainnya di sini.
ISA ANSHAR JUSUF
Terpopuler: